Wednesday, October 24, 2007

Kepribadian PNS Tidak Bisa Berkembang....?!

Terus terang saja profil PNS umumnya seragam. Disiplin, kaku, kurang komunikatif, jarang tersenyum, selalu terjebak rutinitas, selalu manut dengan atasan, jarang melakukan debat, lemah dalam inisiatif, sangat terpaku dengan juklak dan juknis dst… prototipe lainnya adalah gaya jalannya pelan, santai, potongan rambut konservatif dan kalau bicara kesenian pasti sukanya lagu-lagu kalem, lagu nostalgia, sinetron melankolis, film action kelas B, pokoknya cenderung seragam seperti baju yang dikenakannya setiap hari. Saya sendiri waktu pertama jadi PNS juga kaget dan bingung mengenai kondisi itu. Saya sendiri suka ngeyel, suka bertanya sejelas-jelasnya, cenderung provokator, adu argumen, dinamis, kalo seni ya… lagu-lagu keras, film drama kelas oscar, komik jepang, dan maen game. Tapi lama-lama, karena lingkungan juga, saya rasakan diri saya juga mulai seragam…..sehingga temen-temen lama saya mungkin hampir tidak ’mengenali saya’ jika bertemu. Mungkin kondisi saya dan juga anda sekalian mirip-mirip dengan cerita berikut…..

ELANG PERKASA

Suatu ketika, ada seekor anak elang yang secara kebetulan terpisah dari induknya dan berkumpul dengan ayam-ayam, mulai dari yang masih kecil sampai induk ayam. Setiap pagi mereka keluar kandang dan mencari makan bersama-sama di suatu pelataran yang luas dan di pinggir sungai. Bersama anak ayam lain dia mencari makan dengan mematukkan paruhnya ke tanah. Dia tidak bisa keluar dari pelataran dan pinggir sungai karena kata induk ayam banyak bahaya di luar sana. Walau lokasi mencari makan terbatas, mereka tetap merasa senang dan tetap makan dengan gembira, saling berebut dan bercanda. Karena telah lama berkumpul dengan kelompok ayam, segala tingkah dan gerakan anak elang itu mirip seperti yang dilakukan oleh ayam-ayam.

Suatu hari, ayam-yam yang jumlahnya puluhan menyebar di pelataran sampai jauh di dekat padang. Mereka lari tunggang langgang ketika ada elang terbang di kejauhan. Ayam-ayam dan anak elang tadi sangat ketakutan. Ternyata, hari-hari mencekam tersebut berulang beberapa kali. Hal itu disebabkan oleh elang perkasa yang sering terbang mondar-mandir di sekitar kelompok ayam. Anak elang juga menghadapi hari-hari yang menakutkan tersebut dengan tabah. Dia menganggap bahwa hidup memang penuh dengan tantangan. Walaupun demikian, lama-kelamaan dia mulai mengeluhkan kehidupannya yang penuh ketakutan, tekanan dan penderitaan.

Suatu kali dia menanyakan kepada induk ayam, mengapa mereka harus lari saat harus mencari makan padahal mereka belum cukup kenyang. Induk ayam menerangkan bahwa akan sangat berbahaya bagi kelompok ayam jika mereka tidak lari. Walaupun kenyang, tetapi kemudian jadi mangsa burung elang juga tidak ada artinya. Jadi lebih baik memilih sesuatu yang lebih aman walaupun sedikit lapar. Anak elang berusaha mendebat ”Bagaimana jika kita melawan atau bertahan ? Kita khan lebih banyak jumlahnya daripada elang ?” Induk ayam mulai marah dan dengan membelalakkan mata, tanda emosi, dia membentak ”Kita pasti kalah dan akan dimakannya !” Kata-kata induk ayam tadi membuat anak elang menjadi takut dan membuatnya banyak merenungkan kehidupan yang dialaminya.

Sampai suatu ketika, saat anak elang sendirian mencari makan sampai jauh di tepi sungai, secara tidak sengaja dia memergoki elang besar yang terbang rendah menuju kearahnya ! Elang muda hampir pingsan ketakutan. Apalagi masih terngiang petuah induk ayam yang intinya ”pasti kalah dan dimakan.” Dia semakin takut, tetapi tidak sempat lari karena jarak elang tersebut dengan dirinya cukup dekat. Namun diluar dugaan, elang itu hanya terbang melintas didekatnya untuk kemudian terbang tinggi lagi. Elang muda tersebut tidak diapa-apakan bahkan elang besar bertanya.

”Hey, mengapa kamu ikut lari ?” Elang kecil terkejut dan mulai mengurangi kecepatan larinya serta berpaling pada elang perkasa sambil berkata dengan polosnya ”Karena takut dengan engkau .” Elang perkasa tertawa terkekeh-kekeh ”Mengapa kau harus takut ? Kalau mereka, ayam-ayam itu, wajar saja jika ketakutan, tetapi engkau adalah elang yang bisa terbang. Tidak perlu lari dan makan di latar dan pinggir sungai .” Elang kecil tertegun hampir tak percaya, ”Benarkah ? Apakah saya seekor elang ? Apakah saya bisa terbang ?” Elang perkasa itu hanya tertawa mendengarnya.

Sampai disitu, mungkin kita perlu merenungkan beberapa hal dalam kehidupan kita sebagai PNS. Kata-kata yang saya cetak tebal menjadi patokan kita dalam merenungkan kehidupan kita. Benarkah dengan menjadi PNS kita tidak bisa mengembangkan diri lagi…..?! Apakah kehidupan PNS membawa banyak keterbatasan dalam hidup kita…. ?!