Wednesday, October 24, 2007

Kepribadian PNS Tidak Bisa Berkembang....?!

Terus terang saja profil PNS umumnya seragam. Disiplin, kaku, kurang komunikatif, jarang tersenyum, selalu terjebak rutinitas, selalu manut dengan atasan, jarang melakukan debat, lemah dalam inisiatif, sangat terpaku dengan juklak dan juknis dst… prototipe lainnya adalah gaya jalannya pelan, santai, potongan rambut konservatif dan kalau bicara kesenian pasti sukanya lagu-lagu kalem, lagu nostalgia, sinetron melankolis, film action kelas B, pokoknya cenderung seragam seperti baju yang dikenakannya setiap hari. Saya sendiri waktu pertama jadi PNS juga kaget dan bingung mengenai kondisi itu. Saya sendiri suka ngeyel, suka bertanya sejelas-jelasnya, cenderung provokator, adu argumen, dinamis, kalo seni ya… lagu-lagu keras, film drama kelas oscar, komik jepang, dan maen game. Tapi lama-lama, karena lingkungan juga, saya rasakan diri saya juga mulai seragam…..sehingga temen-temen lama saya mungkin hampir tidak ’mengenali saya’ jika bertemu. Mungkin kondisi saya dan juga anda sekalian mirip-mirip dengan cerita berikut…..

ELANG PERKASA

Suatu ketika, ada seekor anak elang yang secara kebetulan terpisah dari induknya dan berkumpul dengan ayam-ayam, mulai dari yang masih kecil sampai induk ayam. Setiap pagi mereka keluar kandang dan mencari makan bersama-sama di suatu pelataran yang luas dan di pinggir sungai. Bersama anak ayam lain dia mencari makan dengan mematukkan paruhnya ke tanah. Dia tidak bisa keluar dari pelataran dan pinggir sungai karena kata induk ayam banyak bahaya di luar sana. Walau lokasi mencari makan terbatas, mereka tetap merasa senang dan tetap makan dengan gembira, saling berebut dan bercanda. Karena telah lama berkumpul dengan kelompok ayam, segala tingkah dan gerakan anak elang itu mirip seperti yang dilakukan oleh ayam-ayam.

Suatu hari, ayam-yam yang jumlahnya puluhan menyebar di pelataran sampai jauh di dekat padang. Mereka lari tunggang langgang ketika ada elang terbang di kejauhan. Ayam-ayam dan anak elang tadi sangat ketakutan. Ternyata, hari-hari mencekam tersebut berulang beberapa kali. Hal itu disebabkan oleh elang perkasa yang sering terbang mondar-mandir di sekitar kelompok ayam. Anak elang juga menghadapi hari-hari yang menakutkan tersebut dengan tabah. Dia menganggap bahwa hidup memang penuh dengan tantangan. Walaupun demikian, lama-kelamaan dia mulai mengeluhkan kehidupannya yang penuh ketakutan, tekanan dan penderitaan.

Suatu kali dia menanyakan kepada induk ayam, mengapa mereka harus lari saat harus mencari makan padahal mereka belum cukup kenyang. Induk ayam menerangkan bahwa akan sangat berbahaya bagi kelompok ayam jika mereka tidak lari. Walaupun kenyang, tetapi kemudian jadi mangsa burung elang juga tidak ada artinya. Jadi lebih baik memilih sesuatu yang lebih aman walaupun sedikit lapar. Anak elang berusaha mendebat ”Bagaimana jika kita melawan atau bertahan ? Kita khan lebih banyak jumlahnya daripada elang ?” Induk ayam mulai marah dan dengan membelalakkan mata, tanda emosi, dia membentak ”Kita pasti kalah dan akan dimakannya !” Kata-kata induk ayam tadi membuat anak elang menjadi takut dan membuatnya banyak merenungkan kehidupan yang dialaminya.

Sampai suatu ketika, saat anak elang sendirian mencari makan sampai jauh di tepi sungai, secara tidak sengaja dia memergoki elang besar yang terbang rendah menuju kearahnya ! Elang muda hampir pingsan ketakutan. Apalagi masih terngiang petuah induk ayam yang intinya ”pasti kalah dan dimakan.” Dia semakin takut, tetapi tidak sempat lari karena jarak elang tersebut dengan dirinya cukup dekat. Namun diluar dugaan, elang itu hanya terbang melintas didekatnya untuk kemudian terbang tinggi lagi. Elang muda tersebut tidak diapa-apakan bahkan elang besar bertanya.

”Hey, mengapa kamu ikut lari ?” Elang kecil terkejut dan mulai mengurangi kecepatan larinya serta berpaling pada elang perkasa sambil berkata dengan polosnya ”Karena takut dengan engkau .” Elang perkasa tertawa terkekeh-kekeh ”Mengapa kau harus takut ? Kalau mereka, ayam-ayam itu, wajar saja jika ketakutan, tetapi engkau adalah elang yang bisa terbang. Tidak perlu lari dan makan di latar dan pinggir sungai .” Elang kecil tertegun hampir tak percaya, ”Benarkah ? Apakah saya seekor elang ? Apakah saya bisa terbang ?” Elang perkasa itu hanya tertawa mendengarnya.

Sampai disitu, mungkin kita perlu merenungkan beberapa hal dalam kehidupan kita sebagai PNS. Kata-kata yang saya cetak tebal menjadi patokan kita dalam merenungkan kehidupan kita. Benarkah dengan menjadi PNS kita tidak bisa mengembangkan diri lagi…..?! Apakah kehidupan PNS membawa banyak keterbatasan dalam hidup kita…. ?!

Monday, September 17, 2007

Prinsip Mendengarkan Aktif dalam Sebuah Komunikasi

Kita telah sepakat (?), setelah membaca tulisan saya terdahulu, bahwa mendengarkan dengan baik itu lebih penting daripada sekedar berbicara…apalagi jika itu kita terapkan dalam dunia kerja….lalu mendengarkan yang seperti apakah yang baik kita terapkan dalam dunia kerja kita…?! Jawabannya adalah mendengarkan secara aktif…!! Na…..seperti apakah mendengarkan secara aktif tersebut…..?!

Menurut Mr. Yaslis Ilyas dalam bukunya “Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja”….Salah satu komponen penting dalam berkomunikasi adalah menjadi active listener. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam komunikasi aktif tidaklah cukup duduk atau berdiri dan membuka telinga lebar-lebar, tetapi harus mencerminkan bahwa Anda mendengarkan dan lebih menyimak lawan bicara dengan sungguh-sungguh.

Ada tiga hal yang harus Anda lakukan jika Anda ingin menjadi seorang active listener, yaitu : 1) Targetkan dapat melakukan paraphrasing (mengulang pesan dengan kata-kata sendiri); 2) Mengecek kembali (perseption check), ini penting dilakukan agar persepsi kita pas dengan yang dimaui pengirim; dan 3) Behaviour discription (gambaran perilaku sender), maksudnya adalah agar kita bisa menilai apakah sang pembicara saat itu sedang marah atau hanya bercanda saat mengeluarkan suatu statemen sehingga kita dapat menyesuaikan tanggapan yang kita berikan dengan kondisi si pengirim. Pada dasarnya ada 6 unsur mendengarkan secara aktif, yakni hearing, understanding, remembering, intrepreting, evaluating, responding. Urut-urutan keenam unsur proses mendengarkan aktif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hearing
Langkah pertama dari mendengarkan secara aktif adalah dengan cara mendengarkan dengan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator. Noice atau gangguan komunikasi yang sering muncul adalah suara bising dari lingkungan sekitar…..oleh karena itu, hindari membicarakan sesuatu yang penting atau dengan seseorang yang penting di tempat-tempat ramai yang dapat mengganggu konsentrasi Anda dalam menerima informasi…

2.Understanding

Disini anda perlu melakukan paraphrasing atau melakukan pengulangan isi pesan dengan kata-kata sendiri guna menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan. Disamping itu untuk meningkatkan daya konsentrasi, Anda perlu bersikap emphaty selama mendengarkan dalam arti berusahalah mendengarkan dengan hati dan kepala Anda….cobalah merasakan perasaan lawan bicara Anda….

3. Remembering
Kalau perlu saat melakukan pembicaraan penting, Anda siapkan kertas catatan kecil guna mencatat poin-poin penting dari isi informasi yang diberikan oleh komunikator….sehingga tidak ada alasan keluar dari mulut Anda bahwa Anda lupa dengan informasi yang disampaikan itu….Di dunia kerja, pernyataan lupa terhadap sesuatu adalah pernyataan terbodoh seorang staf yang tidak pernah ingin didengar oleh seorang pemimpin……

4. Intrepreting
Langkah selanjutnya adalah berusaha mengintrepretasikan maksud sang pembicara…. Menurut pengamatan saya, seorang pemimpin di organisasi pemerintahan biasanya berbicara serba sedikit saat memberikan petunjuk kerja pada bawahan….entah karena merasa Anda sudah tahu dengan maksudnya atau sekedar mencari sebuah respon yang bagus dari Anda sekaligus menguji kapabilitas Anda atau dia sendiri malah kurang begitu mengerti dengan informasi tersebut yang mungkin juga berasal dari atasannya (?)…..dan semua sebab itu akan menghadirkan respon yang sama…..marah saat Anda bertanya terlalu banyak….Oleh karena itu, kemampuan Anda dalam mengintrepretasikan maksud ’si bos’ menjadi demikian penting…….. Disini Anda juga perlu mengenali watak sang ‘bos’ tersebut guna menemukan metode yang tepat guna mengetahui secara persis maksud sang ‘bos’…..

5. Evaluating
Tetapi memang hal terpenting dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah mengevaluasi apakah persepsi kita sudah pas dengan yang dimaui sang ‘bos’…..sehingga sebuah pertanyaan kecil yang menanyakan kembali kebenaran pesan yang disampaikan (perception chek) perlu disampaikan. Biasanya proses yang satu ini seringkali dilupakan oleh seorang staf…apalagi jika sang ‘bos’ adalah seorang yang galak…….

6. Responding
Akhirnya muara dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah respon dari pendengarnya….yaitu kita. Disini kita perlu melakukan respon dengan secepat mungkin, mengingat seorang ‘bos’ akan lebih senang jika anak buahnya cekatan dalam bekerja. Tetapi Anda harus ingat bahwa kecepatan memang baik…..tetapi ketepatan adalah segala-galanya……

Akhirnya ada sedikit tips agar Anda dapat dianggap sebagai seorang pendengar yang baik, yakni : cobalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tatap mata lawan bicara Anda dengan secukupnya, perlihatkan perhatian dengan ekspresi wajah, kalau perlu dengan tersenyum serta lengkapi dengan bahasa tubuh semisal anggukan serta hindari menginterupsi saat komunikator sedang berbicara.

Thursday, September 13, 2007

Mengisi Kegiatan Kerja Saat Puasa

Volume kerja di kantor saya selama bulan puasa begitu menurun…..Gak tau siapa yang memulai, dan kapan mulai dilakukan, tetapi seperti ada kesepakatan yang tidak tertulis agar mengistirahatkan kegiatan diklat pada saat bulan puasa….Alasannya yang pertama kalau tidak salah adalah masalah kesulitan dalam meng-SPJ biaya konsumsi yang pastinya selalu dianggarkan 3 kali sehari plus snack 2 kali sehari….kalau puasa susah ngaturnya katanya…..Alasan kedua adalah susahnya para peserta berkonsentrasi saat puasa…..susah belajar kalau perut lapar katanya……Alasan ketiga, panitia pengennya konsentrasi alias pengen punya banyak waktu untuk ibadah selama Ramadhan…..khan katanya Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah hingga bagus untuk beribadah kepada Allah……Alasan terakhir, saat puasa karena menahan lapar dan haus maka tubuh jadi lemah……so…..kerjanya sedikit-sedikit saja agar kuat puasanya….. Setujukah Anda dengan alasan-alasan itu….?!

Saya sendiri pada tahun 2000 – 2002 sempat mengalami puasa yang sibuk kerja….itu saya alami saat bulan puasa ada di bulan-bulan November-Desember, yakni saat-saat kita para PNS sibuk menyusun laporan atau meneliti kelengkapan administrasi guna pertanggungjawaban keuangan tahunan yang jatuh pada pertengahan Desember…. Waktu itu memang segala kegiatan diklat juga mulai dihentikan karena sudah hampir habis masa anggaran…..so istirahatnya diklat saat puasa waktu itu juga kita anggap sebagai istirahat betul sekaligus ngibadah setelah bulan-bulan sebelumnya demikian sibuk kita bekerja….. Sayangnya begitu bulan puasanya bergeser ke bulan-bulan Oktober bahkan tahun ini bergeser ke bulan September, tradisi istirahat itu masih dipertahankan…..tetapi kali ini lain karena benar-benar istirahat total dan hampir tanpa kegiatan….mengingat mau mengerjakan laporan administrasi-keuangan tahunan juga belum waktunya…..Itu kondisi di kantor saya selama bulan puasa yang banyak nganggurnya…..Bagaimana dengan kondisi kerja di kantor Anda….?! Apakah volume pekerjaan juga sengaja diturunkan….?!

Harapan saya kondisi kerja di kantor Anda normal-normal saja…..mengingat sebenarnya dengan bekerja…..Kondisi puasa kita rodo terslimur….alias kita masuk kantor, asyik bekerja….eee….tau-tau sudah sore alias hampir berbuka…..Posone dadi entheng, ra kroso ngelih lan ngelake…. itu pengalaman saya. Disamping itu, jangan lupa bahwa kerja apabila kita niati dengan tulus khan ibadah juga…..so….karena segala ibadah di bulan puasa pahalanya dilipatandakan maka secara gak sadar…..tiba-tiba tabungan pahala kita……

Tetapi jika volume kerja di kantor Anda mengalami penurunan seperti halnya tempat saya….. Anda tak perlu khawatir nganggur di bulan puasa karena ada banyak kegiatan yang dapat Anda lakukan untuk mengisi bulan puasa selama di tempat kerja….Berikut beberapa hal yang mungkin dapat Anda lakukan selama bulan puasa.

1. Mengevaluasi Hasil Kerja Anda
Pada hari-hari biasa, saya yakin Anda akan begitu sibuk bekerja bahkan mungkin terjebak pada rutinitas pekerjaan yang seakan tidak ada habis-habisnya. Na….saat puasa dimana volume pekerjaan agak berkurang, Anda jadi memiliki waktu untuk merenung dan mengevaluasi hasil pekerjaan Anda. Pertama, yang harus Anda lakukan adalah mengintrospeksi diri apakah Anda merasa telah menguasai betul tugas pokok dan fungsi pekerjaan di unit kerja Anda….?! Termasuk juga apakah Anda sudah tahu secara detil pengetahuan-pengetahuan atau peraturan-peraturan terbaru yang terkait dengan pekerjaan Anda….?! Ini prinsip bekerja secara kompeten menuju ke arah profesionalisme diri…….Kedua, apakah hasil pekerjaan Anda sudah memuaskan menurut hati nurani Anda….?! Kalau belum apa yang harusnya dapat Anda perbaiki….?! Itu terkait erat dengan prinsip manajemen modern, yakni totall quality continuous improvement…..atau seperti prinsip Kaizen, yakni perbaikan terus menerus walaupun itu hanya sedikit dan kelihatan tidak berarti….. Ketiga, apakah hasil pekerjaan Anda kira-kira sudah memuaskan bagi pengguna hasil pekerjaan Anda….?! Baik itu adalah pelanggan luar seperti masyarakat atau mungkin juga rekan sekerja yang sering bekerja sama dengan Anda….?! Na….yang ini khan prinsip pelayanan prima bukan….?!

2. Mencari Informasi Terkait Pekerjaan Anda
Setelah merenung dan mengevaluasi hasil pekerjaan Anda maka langkah yang arus Anda lakukan tentu saja adalah berupaya meningkatkan kualitas hasil pekerjaan Anda. Caranya….?! Tentu saja yang utama adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya, utamanya yang berkaitan dengan tugas pekerjaan Anda. Informasi itu dapat Anda dapatkan melalui buku-buku yang ada, melalui internet atau bahkan melalui diskusi-diskusi kecil dengan atasan atau rekan sekerja dengan topik memperbaiki kualitas pekerjaan di masa kini dan mendatang. Dan saya yakin hal itu jarang Anda lakukan pada hari-hari biasa. Karena seringkali kita terjebak rutinitas pekerjaan…..padahal kita tahu rutinitas dan kreatifitas itu seringkali bagai sisi mata uang yang berbeda…… Seperti kata para pakar bahwa rutinitas bagiannya otak kiri sementara kreatifitas lebih banyak diurusi otak kanan……..So…jangan tunda-tunda lagi, mumpung masih awal bulan puasa…….

3. Memperbaiki Koordinasi Kerja Anda
Seperti sering saya katakan bahwa dunia kerja zaman sekarang demikian komplek hingga rasanya mustahil kita bisa bekerja sendirian di tempat kerja…..Kuncinya adalah Team Work…..!! Atau sejauhmana Anda mampu membentuk kerjasama secara team di tempat kerja……Saya tahu dunia kerja zaman sekarang penuh dengan persaingan, penuh dengan kepentingan hingga rasanya membentuk team kerja yang efektif merupakan sesuatu yang indah diucapkan, sesuatu yang mudah dituliskan akan tetapi sangat sulit dilakukan…..utamanya di dunia kerja instansi pemerintah yang bahkan tugas pokoknya tidak jelas, saling tumpang tindih dan penuh dengan konflik kepentingan……. So….mumpung kita sedang puasa….sedang lemes-lemesnya…. sedang malu-malunya berbuat jahat…..sedang sabar-sabarnya……gak ada salahnya kita tingkatkan koordinasi kerja di kantor kita…..Cobalah bicara dengan orang-orang yang Anda anggap 'sulit' di tempat kerja Anda….cobalah bicara dengan mereka tentang topik diluar pekerjaan yang memang saat ini sedang reses…..cobalah perbaiki hubungan kerja Anda dengan memperbaiki terlebih dahulu hubungan emosional Anda…..Ingatlah bahwa hubungan emosional yang erat akan memperlancar hubungan formal…..Maka mumpung di bulan puasa, bulan yang baik kata banyak orang….cobalah dekati secara lebih personal orang-orang yang sering berhubungan kerja dengan Anda…….dengan tulus….tanpa pamrih…..buatlah mereka tidak sekedar teman sekerja……jadikan juga mereka sebagai teman Anda…..

4. Meningkatkan Pengetahuan Agama Anda
Na….ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh setiap orang pada bulan puasa, yakni Belajar Agama…!! Saya tahu dunia kita semakin lama semakin sekuler…… rasanya kita semakin aneh jika membicarakan masalah agama di tempat kerja….. gak nyambung kata banyak orang…..Kerja ya kerja….agama ya agama….Kalau ditempat kerja ya kita bicarakan bagaimana agar kita dapat bekerja dengan baik…..bagaimana kita mencapai target yang ditetapkan pimpinan…… sedangkan masalah agama adalah masalah pribadi…..kalau bisa jangan bicarakan masalah agama di kantor….karena hal itu akan menyita waktu kita saat bekerja….so kita akan dianggap sebagai orang aneh…..dan yang lebih gawat kita dianggap sebagai orang yang gak efektif dan efisien dalam bekerja……. Olala…..padahal kita tahu agama begitu penting sebagai penyeimbang kehidupan kita…..sebagai penenang jiwa kita saat sedang gudah gaulana…… Tapi jangan khawatir di bulan puasa ini kita wajar koq belajar agama…..kita wajar koq berdiskusi-diskusi tentang masalah agama…..kita wajar koq sedikit berlama-lama di masjid saat jam istirahat….Bukankah semuanya sudah tahu dan mahfum kalau bulan puasa ini adalah sarana meningkatkan kualitas ibadah kita……?! So….manfaatkan 'mitos-mitos' itu demi peningkatan kualitas kehidupan Anda……..

5. Mulailah Ngeblog
Saya sering mendengar dari teman sekerja alasan mereka belum ngeblog adalah ”Koq Kamu masih sempat-sempatnya ngeblog…..?!” pernyataan yang seakan-akan menahbiskan bahwa ngeblog itu sesuatu yang wisting time…..sia-sia….gak ada gunanya…..So mumpung waktumu sedang selo…..gak banyak pekerjaan yang dapat kamu selesaikan…….cobalah ngeblog…..minimal bacalah manfaat ngeblog bagi PNS dari blog ini…..kemudian rasakan masuknya virus blog di tubuh Anda……Jalani…..Nikmati….setelah itu baru putuskan apakah Anda masih perlu ngeblog atau tidak…….(terus terang yang terakhir ini juga sekaligus nasihat buat diri saya sendiri…..karena akhir-akhir ini semakin jarang posting…….).

Saturday, June 9, 2007

Mulailah Komunikasi Anda dengan Mendengarkan

Kualitas Pembicara atau Kualitas Pendengar ?

Memang sulit untuk berbicara, tetapi lebih sulit lagi untuk diam”

Dewasa ini sebagian besar pekerjaan kantor di instansi pemerintah didominasi oleh kegiatan komunikasi, dengan cara terbaik adalah melalui komunikasi lisan dan umumnya berupa sebuah percakapan. Abu Barker mengungkapkan bahwa sebuah percakapan adalah perpaduan antara pembicaraan dan pendengaran yang bersifat dinamis. Sedangkan Peter Senge menyebutkan bahwa berbicara merupakan cara seseorang membela sudut pandangnya. Sementara, mendengar adalah proses menyelidiki sudut pandang orang lain. Oleh karena itu idealnya dalam sebuah percakapan harus ada keseimbangan antara kegiatan berbicara dan mendengarkan. Tetapi kemudian timbul pikiran usil, kira-kira lebih penting mana antara kualitas pembicara atau kualitas pendengar ?

Dan jika pertanyaan itu saya lontarkan pada peserta diklat, jawabannya….”Ya…penting dua-duanya pak…?! Kalau saya kejar lagi…agar mereka memilih salah satu yang lebih penting….maka kebanyakan akan menjawab…. ”lebih penting kualitas pembicara…” (ini mungkin berpatokan pada kualitas pembicara yang waktu itu saya….he…he…he…). Ya….secara logis memang demikian. Karena komando sebuah percakapan terletak pada si pembicara. Seorang pembicara yang baik, dalam arti memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, intelegensia tinggi serta kepribadian yang menarik, akan mampu mempengaruhi pendengar, mengajak pendengar ke arah yang dimaui pembicara. Tetapi mengapa saya mengambil judul yang seolah-olah mementingkan kualitas pendengar….?!

Pada masa lalu memang kualitas pembicara lebih mendominasi, terutama di masa jaya komunikasi satu arah (one way communication) dimana pembicara banyak memberikan pengetahuan, ketrampilan, intelegensia, maupun pengelamannya guna mencerdaskan pendengar. Tetapi di era teknologi informasi ini, bahkan Thomas L. Friedman sampai-sampai tega menulis buku yang berjudul The World is Flat, segala informasi yang ada di dunia begitu mudah kita dapat dan dalam jumlah yang sangat besar maka pertukaran pengetahuan, pengalaman, intelegensia, dan informasi antar individu menjadi lebih penting, sehingga komunikasi yang terjadi lebih bersifat dua arah (two ways of flow communication). Na…disini baru keliatan kalo kulitas pendengar lebih dibutuhkan. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Informasi vs Kapasitas Otak Manusia
Dengan begitu banyak perkembangan kompleksitas kehidupan umat manusia maka kebutuhan informasi menjadi demikian tinggi. Akibatnya, kemampuan otak manusia yang terbatas, utamanya yang berhubungan dengan daya ingat, tidak dapat lagi menampung begitu melimpahnya informasi yang masuk. Bahkan dengan bantuan sistem kearsipan yang konvensional, informasi yang masuk mungkin akan memenuhi lemari-lemari arsip yang disediakan.Oleh karena itu, manusia butuh bantuan alat penyimpan berkapasitas besar tetapi memakan space yang relatif kecil, yakni komputer, guna menampung berlimpahnya data dan informasi.. Disamping dalam jumlah yang besar, informasi yang disediakan juga tersebar dalam berbagai sumber. Akibatnya seorang pembicara terbaik sekalipun akan kesulitan untuk mengungkapkan seluruh informasi yang dibutuhkan oleh pendengar. Oleh karena itu, setiap manusia perlu lebih banyak mendengar sekaligus meningkatkan kemampuan mendengarnya guna mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka. Semakin banyak mendengar maka informasi yang diperoleh juga semakin banyak dan beragam. Dengan semakin banyaknya informasi yang didapat maka kualitas kehidupan seseorang secara otomatis juga akan meningkat.

2. Proses Mendengarkan lebih Sulit
Mengapa demikian ? Seperti definisi yang dikemukakan Peter Senge diatas, proses menyelidiki sudut pandang orang lain itu lebih sulit daripada sekedar membela sudut pandang seseorang. Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pembicara yang baik yakni: mengirimkan pesan dengan jelas, memilih media dengan tepat, dan meminta kejelasan bahwa pesan telah diterima dengan baik. Dalam proses mendengar, kegiatan itu menjadi lebih sulit dan panjang. Menurut Brownell, ada enam unsur yang harus dilalui seseorang jika ingin menjadi pendengar yang baik, yang disingkat menjadi HURIER, yakni : a) Hearing, berusaha memperhatikan dengan konsentrasi penuh; b) Understanding, berusaha mengerti pesan secara komprehensif; c) Remembering, mencoba mengingat pesan kalau perlu dengan membuat catatan-catatan kecil; d) Interpreting, mencoba menginterpretasi pesan dengan objektif kalau perlu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penegas; e) Evaluating, disini Anda tidak perlu tergesa-gesa dan tunggu sampai pembicara menjelaskan seluruh pesan; f) Responding, mencoba mengulang pesan guna menunjukkan adanya perhatian sekaligus menghindari kesalahpahaman terhadap pesan.

3. Faktor Kepribadian Pembicara
Bagaimana dengan faktor biologis, misalnya dengan pembicara yang gagu, gagap, atau malah bisu ? Bagaimana dengan pembicara yang berpengetahuan rendah atau memiliki sifat pemalu ? Bukankah hal itu akan menurunkan kualitas sebuah percakapan ? Anda benar, tetapi apakah Anda akan menyerah untuk mendapatkan informasi jika menghadapi pembicara yang seperti itu dan cepat-cepat mengakhiri percakapan ? Bagaimana kalau Anda ditugaskan untuk mengadakan survey tentang pemberdayaan masyarakat di daerah pedesaan. Saya yakin, walupun pembicara merupakan orang desa yang kurang mampu berbicara dengan runtut, Anda akan berusaha mengerti maksud dari pembicara yang ’bodoh’ itu. Disini, kualitas informasi yang Anda dapatkan sangat bergantung dari kualitas pribadi Anda dalam mendengarkan, menganalisis, serta mengintrepretasikan maksud dari pembicara. Sedangkan terhadap orang gagu, gagap, atau bisu ? Tentu saja kualitas pendengar lebih berpengaruh, mengingat begitu banyak orang yang mengerti bahasa ’tarzan’ mereka. Bahkan seorang presenter yang baik akan mengerti kondisi audiens dengan mendengar bahasa diam yang ditunjukkan sebagian besar audienz atau dengan melihat perilaku audiens yang sering menguap….

4.Tuhan pun menginginkan kita untuk lebih mendengarkan
Ada pepatah kuno yang mangatakan bahwa “Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut, supaya kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.” Ya…itulah rahmat yang diberikan Tuhan pada kita…yakni dua buah telinga dan satu mulut, bukan untuk membuat kita lebih banyak berbicara melainkan untuk lebih banyak mendengar segala sesuatu, baik dari orang lain, masyarakat, maupun lingkungan kita..

Na….tunggu apalagi….mulailah komunikasi Anda dengan lebih banyak mendengar

Saturday, June 2, 2007

Apa yang Anda Lakukan saat libur Sabtu-Minggu ?

”lembur pak” jawab seorang PNS muda dengan penuh semangat. ”saya persiapkan seluruh surat dinas dan rencana kegiatan dinas yang akan kita lakukan minggu depan”

”walah..banyak pekerjaan pak” jawab seorang ibu PNS. ”nyuci baju, bersihin halaman, masak…..”

Pantas saja…pasca libur sabtu minggu, wajah-wajah loyo yang nongol di kantor. Mangkanya ada istilah ”I hate Monday” karena hari senin memang hari yang paling menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan ? Belum sempat kita istirahat…badan masih capek-capek…..eh sudah masuk kerja lagi….

Pernakah terfikir untuk memanfaatkan sabtu-minggu buat liburan, sekedar jalan-jalan, baca komik seharian, nonton film, tidur ngebo atau malah mancing sambil tidur-tiduran nyantai di bawah pohon ditepi kolam….nyamaaannnn…

”emang boleh begitu pak ?”
Lho, kenapa tidak ?! Waktu Sabtu-Minggu khan emang waktunya untuk liburan, untuk beristirahat….

”Trus bagaimana dengan pekerjaan kantor ?”
Ya….khan masih ada minggu depan….kerjaan khan bisa dikerjakan hari senin, selasa…dst. Seperti juga segala sesuatu di muka bumi termasuk komputer yang katanya makhluk paling sakti di jagad, orang butuh istirahat nak….Di hari kerja biasa saja orang hanya efektif bekerja pada dua jam pertama saja. Mulai jam 10 pagi, saya yakin kinerja akan mulai menurun dan tambah menurun lagi, hingga jam 2 siang paling hanya 40 % saja energi untuk bekerja yang tersisa…

”trus bagaimana dengan nyuci baju, bersihin halaman, masak…”
Whalaaaahhh….khan sekarang loundry banyak, tukang bersih-bersih juga banyak….Jamannya khan pemberdayaan masyarakat, jadi ya….. Kalau masak….tiap hari juga kagak masak dan nggak ada yang marah…..Suami dan anak-anak juga maklum koq….
”Nggak segampang itu pak…kita khan boros karena keluar duit….”
Sekarang pilih mana, keluar sedikit duit apa keluar duit lebih banyak buat mbiayani ibu yang sakit karena kecapekan….

Dengan beristirahat orang akan recharge energinya, melepaskan fikirannya dari segala beban pekerjaan…….. Dan pada hari senin kita akan mulai hari kerja dengan suasana yang lebih segar, lebih sehat, lebih bergairah dan bersemangat….serta yang lebih penting kita mungkin akan cukup energi untuk menganalisis pekerjaan kita, mentelaah sistem kerja kita…..sudah baik atau masih bisa diperbaiki lagi metodenya…..

Jika Anda memulai pekerjaan di hari Senin dengan capek, saya yakin hasil pekerjaan Anda tidak akan optimal. Boro-boro untuk berfikir….untuk berangkat kerja saja sudah setengah mati. Akibatnya apa ?! Anda akan terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang menjemukan dan membikin tambah capek….karena tidak ada rasa senang disitu, hanya memenuhi kewajiban, tak bisa menikmati pekerjaan dan mengerahkan energi untuk mempermudah pola kerja kita….Kalau begitu bisa dikatakan Anda mandeg sebagai manusia…..Learning organization yang diharapkan menjadi bullshit !! Tentu saja kesuksesan tinggallah kenangan…..

Bagaimana….?! Mau liburan bareng-bareng…..?!

Tuesday, May 29, 2007

Mengapa Keputusan Kelompok seringkali Kurang Memuaskan ?

Hambatan dalam Pengambilan Keputusan Kelompok Kerja ?

Pada awal tahun anggaran, kita biasanya mengadakan rapat guna mempersiapkan pelaksanaan kegiatan. Untuk kegiatan rutin atau kegiatan yang pernah dilakukan pada tahun sebelumnya, tidak banyak masalah yang dibahas. Tinggal evaluasi kegiatan tahun kemaren, sedikit perbaikan disana-sini…yak…oke…kegiatan dapat segera dilaksanakan dan rapat bisa cepat selesai. Tetapi untuk kegiatan yang relatif baru, sudah lama tidak dilaksanakan, apalagi belum pernah dilaksanakan, banyak sekali masalah yang akan dibahas sehingga rapat akan menjadi sangat lama, banyak perdebatan, banyak diskusi, melelahkan….tetapi kadang-kadang hasilnya kurang memuaskan bagi Anda. Kadang Anda ingin berontak, atau protes…. berusaha mengajukan berbagai argumen….tetapi mau bagaimana lagi. Itu telah menjadi keputusan tim dan telah dilakukan secara demokratis. Lalu bagaimana dengan Anda ? Apa Anda tetep bergabung dalam tim kerja atau malah mungkin minta dicoret dari daftar panitia ?

Michael West dalam bukunya Effective Teamwork menjelaskan bahwa pada dasarnya pengambilan keputusan kelompok itu secara kualitas hasilnya cenderung lebih baik daripada rata-rata keputusan yang diambil oleh setiap anggota, namun kualitasnya tetap dibawah keputusan yang diambil oleh anggota terbaik. Mengapa demikian ? Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa ada fenomena psikologis yang disebut dengan ’keengganan sosial’ (social loafing) yang menyebabkan setiap individu kurang berupaya secara sungguh-sungguh atau tidak mengeluarkan kemampuan maksimalnya jika bekerja dalam sebuah tim. Nah menurut pengamatan Anda, apakah setiap peserta rapat sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya ?

Disamping social loafing, ada banyak faktor yang menyebabkan keputusan kelompok menjadi kurang optimal. Para ahli perilaku organisasi dan psikologi sosial telah mengidentifikasi proses sosial yang mengakibatkan kekurangan kualitas dalam proses pengambilan keputusan kelompok, sebagai berikut :

  1. Faktor-faktor Kepribadian, faktor malu terutama pada PNS yang masih baru, masih junior atau habis mutasi dari unit kerja lain, menjadi penghambat dalam mengutarakan pendapat dalam suatu rapat. Padahal teorinya orang baru dapat juga dianggap sebagai age of change dari suatu organisasi. Tetapi budaya kita seringkali memaksa orang baru untuk lebih banyak diam daripada dianggap lancang atau ’keminter’ oleh teman sekerja lain.
  2. Efek Kemapanan Sosial, atau ikut dengan suara mayoritas juga menjadi penghambat dalam menghasilkan keputusan kelompok yang berkualitas. Budaya PNS, yang cenderung suka keseragaman daripada keragaman, menjadi faktor utama munculnya efek ini. Orang yang berbeda pendapat dianggap orang aneh, tidak loyal, tukang protes walaupun pendapatnya belum tentu salah. Kadang kita lupa dengan semboyan ”Bhineka Tunggal Ika” yang cenderung memandang keragaman mendatangkan suatu karomah daripada membawa musibah.
  3. Faktor Ketrampilan Komunikasi. Ini juga termasuk salah satu penyakit rapat kita. Dimana banyak orang yang angkat bicara dalam rapat hanya sekedar untuk ’tampil’. Padahal kalau kita telaah kadang-kadang dia hanya orang yang ’pintar bicara’ saja sementara substansinya tidak jelas. Bahayanya jika orang seperti itu mendominasi jalannya rapat sehingga secara otomatis keputusan rapat akan tergantung pada si ’tong kosong nyaring bunyinya’ itu.
  4. Faktor Egosentris. Di kalangan instansi pemerintah kondisi ini yang paling dominan. Suara pejabat, apalagi yang senior, biasanya lebih didengar bahkan kadang harus dijadikan keputusan rapat. Kalau seperti itu, buat apa kita capek-capek rapat ?
  5. Dampak Status dan Hierarki. Hampir mirip dengan faktor egosentris tetapi lebih bersifat dari luar, yakni kecenderungan budaya kita yang menganggap penampilan lebih utama daripada ’content’. Sehingga orang yang berpenampilan necis, berwibawa, keren atau mungkin pejabat dari pusat dianggap lebih tahu (apalagi kalau kita lihat bule….orang istimewa deh mereka. Tapi kalau orang hitam dari afrika ?! Walaupun dia seorang Doktor, kesan kita dia tetap….. ).
  6. Resiko Perubahan. Keputusan kelompok umumnya mengambil jalan yang paling aman, menghindari resiko. Padahal dari realita kehidupan terlihat bahwa pekerjaan yang beresiko tinggi, umumnya juga gajinya tinggi-tinggi. Dengan kata lain...keputusan yang aman biasanya bukan merupakan keputusan terbaik...........
  7. Fenomena Groupthink. Fenomena ini biasanya terjadi dalam unit kerja yang memiliki refleksivitas sosial tingga atau sangat akrab. Sehingga dalam pengambilan keputusan lebih mengutamakan kesepakatan daripada kualitas keputusan itu sendiri. Mau membantah pa lagi sampai berbeda pendapat ? Tidak enak….maklum sama temen sendiri…
  8. Dampak Keengganan Sosial. Kadang-kadang terjadi (atau sering ?) ide yang dikeluarkan oleh seorang staf, saat berhasil dan dipuji oleh ’big boss’, diaku sebagai keputusan rapat atau malah diaku hasil pemikiran pemimpin rapat yang notabene pejabat pada unit kerja itu. Hal ini tentu saja sangat mengecewakan bagi staf pencetus ide, sehingga pada rapat berikutnya dia tidak akan mengeluarkan ide-idenya yang cemerlang buat kemajuan organisasi.
  9. Kerancuan Tanggung Jawab. Ini efek dari budaya kambing hitam di lingkungan kerja PNS. Kalau idenya seorang staf berhasil, dianggap sebagai hasil keputusan rapat sehingga tidak akan ada ucapan terimakasih dari pimpinan….Tetapi begitu idenya tidak berjalan baik, semua orang menyalahkan staf pencetus ide, seolah-olah dialah biang keladi kesalahan itu. Padahal sebelum diputuskan ide itu telah dibahas dan disetujui dalam rapat. Dan disamping itu mungkin saja bukan idenya yang salah tetapi seringkali pelaksanaan kegiatannya, akibat berbagai kendala teknis or non teknis, yang menyimpang dari rencana semula (menurut saya sih seringkali begitu. Indonesia itu banyak sekali pemikir hebat tetapi kekurangan orang-orang yang bisa mengimplementasikan dalam kegiatan riil di lapangan…)
  10. Efek Hambatan Produksi (Production Blocking). Hal ini merupakan akumulasi dari seluruh uraian diatas, yakni terjadi penurunan produktivitas jika keputusan itu diserahkan pada keputusan kelompok.........disamping kelemahan dari Tim itu sendiri, yakni kurang mampu mengakomodasi kreativitas individu.

Bagaimana ? Apakah uraian diatas dapat meredam kemarahan Anda ? Dengan bersifat empathy terhadap masing-masing individu dalam rapat, saya kira dapat meredam emosi Anda. Saran saya tentu saja Anda tetap ikut dalam kegiatan tersebut secara aktif. Maksudnya ? Disamping melaksanakan kegiatan sesuai keputusan rapat, Anda sekaligus berfungsi sebagai evaluator guna memantau kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Kalau kegiatan itu ternyata sukses dan terlaksana sesuai rencana, mungkin Anda perlu merenung. Apakah Anda termasuk orang terbaik dalam rapat, ataukah Anda sekedar anggota biasa yang mungkin termasuk orang ’sulit’…..

Monday, May 28, 2007

Monster Aneh itu Bernama Komputer

Judul yang bombastis, sedikit hiperbolis dan terasa aneh. Apalagi disampaikan di tengah blogosfer yang jelas-jelas menganggap komputer sebagai barang mainan. Monster....?! Ya...mau bagaimana lagi soalnya saya sudah begitu gemes dengan kondisi PNS yang ’hare gini...’ masih saja tidak bisa komputer, bahkan untuk belajar saja mereka tidak mau.... Karena mereka menganggapnya sebagai sebuah monster yang menakutkan....jangankan megang...mendekat saja mereka sudah setengah mati sangking takutnya.....

Yang benar pak.....?! Saya pernah ngobrol dengan staf pada bagian keuangan untuk memanfaatkan komputer dalam menghitung laporan keuangan. Harapan saya dengan penggunaan komputer, dengan program excell misalnya, mereka tidak perlu lembur-lembur pada akhir bulan untuk menghitung laporan bulanan....atau pada akhir tahun tidak perlu stress berat akibat nglembur-nglembur buat nyelesai-in tutup buku. Tapi apa jawabnya man...”mending pakai kalkulator mas....ngitung pakai komputer sering salah pak...” Weleh....lha kalkulator itu apa bukan komputer yang terjeleeeekk..... Bahkan saya pernah di komplain karena itungan saya pakai komputer salah...soalnya begitu di cek sama kalkulator ’bakul lombok’ (itu...kalkulator besar yang biasa dimiliki pedagang di toko beras....) hasilnya berbeda.....(moga-moga ini tidak dibaca oleh orang bukan PNS....karena bener-bener memalukan....). ”Dengan kalkulator yang canggih kita bisa menghitung laporan keuangan dengan lebih cepat....” begitu saya pernah dikomplain oleh seorang ’auditor’ mengenai prinsip saya itu.....Yo wis.....jadi jangan heran kalau dalam instansi pemerintah itu posisi terhormat adalah sang bendahara....bagaimana tidak, mereka adalah orang-orang yang suka bekerja keras, pegawai yang paling rajin bahkan setiap hari kerja pulangnya paling sore....apalagi kalau akhir bulan....lembur sampai malam....

Begitulah....banyak PNS yang masih menganggap komputer adalah pekerjaan....mesin yang hanya untuk mengetik....kaku....padahal..... Tidak bisa disalahkan sepenuhnya sih..... Soalnya ada pejabat yang masih melarang anak buahnya bermain game selama jam kerja....bahkan melarang adanya program game di komputer kantor.... Akibatnya ya...begitu. Banyak yang nggak mau belajar mengoperasikan ’monster’ itu....karena begitu bisa....maka setumpuk pekerjaan akan datang menghampiri.....Selama kita tidak bisa komputer....kita khan bisa bersantai-santai.....betul.... ?!

Larangan tersebut ada benarnya juga.....tapi tidak sepenuhnya....Akhir-akhir ini banyak buku-buku yang ditulis menyarankan agar membentuk suasana kerja yang menyenangkan. Ini penting guna menghindari kebosanan sehingga motivasi bekerja dapat meningkat. Salah satunya adalah menjadikan kantor sebagai tempat yang menyenangkan. Permainan diyakini dapat meningkatkan motivasi bekerja. Menjadikan komputer sebagai salah satu bentuk permainan mungkin dapat mengurangi stress dan kebosanan dalam bekerja. Tentu saja hal itu diatur agar tidak berlebihan. Dan kita harus yakin mengingat para PNS bukanlah anak kecil yang selalu bermain-main sepanjang hari....Mereka adalah kumpulanorang dewasa yang pastinya tahu bagaimana harus bekerja dan bagaimana harus bersantai.....Saya sendiri yakin bahwa para operator itu tidak berlebihan dalam bermain game.......Soalnya mereka tidak beda dengan PNS lain yang tidak bisa komputer, butuh waktu bersantai.....Kalau mereka dapat ngrumpi atau jalan-jalan....mengapa para operator tidak boleh bermain game.....

Untuk mencegah para operator’maen game’ berlebihan salah satunya dengan mengubah model instruksi yang selama ini diterapkan dengan sistem tanggung jawab terhadap suatu tugas..... Dengan begitu setiap orang akan bekerja sesuai tujuan yang telah ditetapkan dan dengan target waktu.....sehingga mereka diharapkan dapat memanage waktu sesuai dengan kehendaknya.....kalau sudah begitu atasan khan mudah dalam mengontrol.... tinggal mengawasi dan mengingatkan saja.....tidak perlu menghabiskan energi untuk marah-marah karena karyawan maen game.....

Disamping itu yang lebih penting adalah mewajibkan seluruh karyawan untuk belajar mengoperasikan komputer.....Dengan demikian tidak akan ada kesan bahwa para operator itu bekerja lebih berat dari PNS lain....Tentu saja dengan demikian komputer akan dipakai bergantian untuk melaksanakan tugas....kalau sudah begitu kapan kita sempat bermaen game....

Terakhir...kalau semua sudah bisa komputer....komputer juga perlu ditambah......soalnya setelah semua PNS bisa mengoperasikan komputer, jika komputernya tidak cukup....akan terjadi rebutan komputer....dan itu akan menyebabkan stress yang lain.....Jika komputer banyak khan asyiikk...soalnya kita bisa maen game lagi.....hi..hi..hi... (pa lagi kalau diberi tambahan fasilitas internet.....ah mimpi yang terlalu jauh...). Betul begitu...?! Saya sendiri pernah mengamati bahwa jumlah komputer yang cukup dalam suatu unit kerja ternyata malah menurunkan minat bermain game............

Tips Melakukan Kritik Pada Atasan

Ada ungkapan bahwa bos itu selalu benar. Jangan pernah melakukan kritik pada bos kalau Anda ingin selamat. Apakah betul begitu ?! Sementara ini saya tidak dapat menyalahkan statemen itu. Apalagi sistem birokrasi kita masih sangat terpengaruh dengan kebijakan kepala daerah, utamanya di Kabupaten/Kota dimana penempatan personil pejabat masih menjadi wewenang Bupati/Walikota. Sedih sekali saya harus mengatakan ini....tetapi itulah kenyataannya.

Tetapi apakah atasan tidak memerlukan kritik ?! Sebenarnya perlu juga, mengingat mereka juga manusia yang penuh keterbatasan. Apalagi kalau kritik itu dapat memperlancar tugas pekerjaan mereka. Tapi mengkritik seorang atasan perlu kiat-kiat, termasuk bagaimana waktu yang tepat untuk melakukan kritik pada atasan. Berikut Tips singkat melakukan kritik seperti dikemukaan oleh Less Giblin dalam ”Still With People”, setelah saya kombinasikan dengan pengalaman saya tentunya.

1. Jangan Pernah Mengkritik Di Depan Umum
Jika itu Anda lakukan, bukan saja tujuan Anda tidak tercapai, reputasi dan karir Anda akan terancam karena telah menyinggung harga diri dan kewibawaan seorang pimpinan. Lebih baik Anda mencari waktu yang tepat, saat pimpinan sedang senang misalnya, secara empat mata Anda dapat menyampaikan kritik dengan sopan.

2. Mulailah Kritik Dengan Kata Atau Pujian Yang Baik
Jangan langsung memulai pembicaraan dengan kritik pedas. Lebih baik Anda mulai dengan kata-kata pujian. Hal itu penting untuk ’memperlunak pukulan Anda’ Sebagai contoh: Pemberian insentif yang lebih besar bagi Si Udin sangat tepat pak. Mengingat dia anak yang rajin dan bersedia kerja lembur. Hanya saja apakah Bapak pernah mengamati adanya perasaan tidak suka, utamanya pada karyawan senior....

3. Buatlah Kritik Itu Impersonal
Jangan pernah mengkritik sifat pimpinan yang pemarah atau kurang bisa menerima pendapat orang lain. Lebih baik Anda mengkritik hasil kebijakannya yang menimbulkan dampak yang kurang baik bagi staf.

4. Sediakan Jawaban
Tentu saja kritik membangun lebih dihargai oleh atasan. Untuk itu Anda perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kritik pada atasan, termasuk memberi jalan keluar dari masalah tersebut.

5. Mintalah Kerjasama
Kalimat bernada menuntut seperti”saya menuntut Bapak memberi wewenang yang lebih besar untuk mengerjakan proyek itu...” Lebih baik kita ganti dengan ”Biarkan saya membantu Bapak mengerjakan proyek itu dengan sebaik-baiknya. Laporan akan saya berikan secara rutin kepada Bapak, dengan demikian Bapak tinggal mengevaluasi proyek itu secara periodik.

6. Satu Kritikan Untuk Sebuah Pelanggaran
Walaupun atasan melakukan banyak sekali kesalahan dalam memanaje kegiatan kantor, tetapi hendaknya Anda menyampaikan kritik satu persatu. Jangan Anda lontarkan semua kesalahan atasan dalam satu kesempatan saja karena akan menyebabkan atasan terlihat bodoh. Jika itu Anda lakukan, atasan akan bersifat defensif dan balik menyerang Anda.

7. Akhiri Kritik Dengan Perkataan Yang Bersahabat
”Ini hanya kesalahan kecil Pak. Bagi saya Bapak adalah guru dalam kehidupan kerja. Masih banyak yang perlu saya pelajari dalam kehidupan kerja agar dapat sukses seperti Bapak” Kalimat penutup kritik yang sederhana tapi akan sangat bermanfaat bagi hubungan kerja selanjutnya.

Monday, March 19, 2007

Penerapan Hukum Komunikasi Efektif versi Bottom Up

Untuk memperbaharui dan mengembangkan kualitas bahan ajar, seringkali saya melakukan pencarian bahan di internet. Disamping lebih ’fresh’bahan-bahan yang saya dapatkan di internet biasanya lebih praktis, lebih simpel dan biasanya berbentuk tips, juga kadang lebih orisinil dan lebih Indonesia, utamanya yang ditulis para bloger (ini termasuk manfaat ngeblog karena disini kita bisa mengeluarkan potensi otak kita tanpa ’pagar-pagar’pemikiran para orang barat).

Saat saya sedang mempersiapkan bahan ajar Prajabatan Golongan III khususnya materi ”Komunikasi Yang Efektif”, saya juga banyak mengambil bahan-bahan dari internet. Hanya saja saya merasa bahan-bahan komunikasi yang saya dapatkan, baik dari internet maupun buku-buku yang saya baca, lebih banyak merupakan suara ’atasan’ atau suara bersifat ’top down’. Dengan bersifat empathy, saya menjadi maklum mengingat para penulis umumnya merupakan para pakar dengan usia yang sudah matang. Dengan kata lain yang mereka lakukan adalah mengamati, mengira-ira (atau mengingat-ingat pas jaman masih jadi bawahan), membandingkan dengan referensi asing (yang ditulis oleh pakar juga), sehingga bagi saya yang tidak pernah menjadi seorang pejabat, konsep-konsep komunikasi yang mereka tawarkan mengawang-awang, terkesan memudahkan or menyederhanakan masalah, kurang memperhatikan ’penderitaan’ staf atau menggeneralisir masalah atau istilah saya terlalu ’top down’.

Berpijak dari hal tersebut, saya coba susun instrumen guna mendapatkan pendekatan komunikasi versi ’bottom up’ atau versi staf. Instrumen saya susun dengan berpedoman pada hukum komunikasi efektif REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble) yang pernah saya ulas di tulisan terdahulu. Sebagai responden sekaligus narasumber, saya ambil dari peserta prajabatan yang kebetulan saya ajar materi "Komunikasi yang efektif. Sedangkan instrumen saya sajikan sebagai berikut :

Coba Anda renungkan dan beri jawaban ya atau tidak pada pertanyaan berikut

1. Pendekatan Sikap Respect
a. Apakah Anda merasa Atasan Menghormati Anda ?
b. Apakah Anda merasa Rekan Sekerja Mengormati Anda ?

2.Pendekatan Sikap Empathy
a. Apakah Anda seringkali harus memaklumi kebijakan-kebijakan yang
diberikan Atasan Anda ?
b. Apa Anda seringkali harus memaklumi hasil pekerjaan yang salah dari Rekan Sekerja Anda ?

3. Pendekatan Sikap Audible
a. Apakah Anda merasa Atasan seringkali salah persepsi saat berkomunikasi dengan Anda ?
b. Apakah Anda merasa Rekan Sekerja seringkali salah persepsi saat
berkomunikasi dg Anda ?

4. Pendekatan Sikap Clarity
a. Apa Anda merasa Atasan selalu memberikan Informasi Yang Anda Butuhkan ?
b. Apa Anda merasa rekan sekerja selalu memberikan Informasi Yang Anda Butuhkan ?

5. Pendekatan Sikap Humble
a. Apa Atasan selalu merasa lebih tahu daripada Anda ?
b. Apa rekan sekerja selalu merasa lebih tahu dari Anda ?

Hasil secara umum dari penerapan hukum komunikasi efektif versi bottom up, akan saya sajikan setelah data terkumpul cukup banyak. Akan tetapi jika Anda sudah tidak sabar, Anda bisa melihat hasil data sementara pada masing-masing sesi prajabatan di my wordpress....

Sunday, March 11, 2007

5 HUKUM KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai hubungan antara proses ko-munikasi dan kinerja perkantoran. Mereka bersepakat bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran berhubungan secara signifikan. Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti memperbaiki kinerja perkantoran perkantoran. Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat sistem pembagian tugas antarkomponen tersebut.

Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antarkomponen tersebut dapat dise-lenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat.

Tulisan berikut saya kutip dari Sdr. Bobby Galih, yakni tentang pentingnya kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Untuk itu kita perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian,  cinta kasih,  minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.

Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.

Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik.

Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.  Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat,
harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Dari sisi delivery channel, penggunaan teknologi bisa membantu melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga bisa diterima oleh jauh lebih banyak orang. Ini yang disebut sebagai kerjacerdas. Misalnya saja, dengan menggunakan media Internet, kita bisa berkomunikasi dengan sangat mudah dan murah kepada banyak orang. Pendeknya High Tech namun tetap High Touch.

Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan. 







 

Tuesday, March 6, 2007

Perbaiki Cara Komunikasi Anda

Nasehat-Nasehat Dalam Berkomunikasi

“Communication is the key to success,” sebuah statement yang kerap kita dengar namun masih banyak yang gagal menerapkannya. Berbagai alasan mengemuka. Mulai dari ketidakpercayaan diri, ketidaksempurnaan alat ucap (artikulator) sampai dengan penampilan fisik yang tidak memadai.

Banyak diskusi tentang komunikasi telah dilakukan, namun tidak juga membantu mengatasi persoalan sulitnya berkomunikasi secara berhasil guna. Tidak mengherankan memang ! Karena diskusi mengenai komunikasi sebagian besar didasarkan pada teori-teori ‘kering’ tanpa ada kejelasan bagaimana mempraktekkannya di dunia nyata. Yang ada hanyalah kerangka teoretis yang sulit dicerna karena banyak menggunakan contoh-contoh dengan pendekatan budaya yang terjadi di belahan bumi lain (disebabkan banyak bahan yang diambli berasal dari buku-buku terjemahan). Ketika diterapkan di Indonesia, teori tersebut belum tentu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Menyadari hal itulah, saya mencoba untuk mengangkat lagi tulisan lama dari Saudara Ponijan Liaw dan saya ambil dari http://pembelajar.com/. Sedikit saya singkat dan olah kembali demi memudahkan pembaca memahaminya serta tentu saja lebih menghemat bandwith karena tidak usah bingung-bingung mencarinya, mengingat posting dari sumber aslinya pada bulan Desember 2004.

1. Communicate Effectively
Lakukan komunikasi secara efektif. Hindari pemberian instruksi yang tidak jelas atau ambigious (mengandung makna ganda). Ingatlah tidak semua pendengar memiliki intelegensia seperti Anda. Maka untuk menajamkan komunikasi yang efektif ini, kita perlu belajar bagaimana membuat setiap artikulasi kita jelas dan bermakna tunggal sehingga kesalahpahaman tidak akan terjadi.

2. Good Communication Erases Life Matters
Komunikasi yang didasari dengan pengertian yang baik dan bijaksana akan menghapus segala persoalan hidup.Kesalahpahaman dan pertikaian hanya dapat diselesaikan dengan komunikasi. Sehingga tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa komunikasi adalah obat mujarab bagi segala persoalan. Bila ada orang yang complain terhadap jasa dan produk kita, misalnya. Jika kita menanganinya dengan komunikasi yang baik. Tutur kata yang sopan dan lemah lembut. Semarah apa pun orang tersebut sebelumnya, komunikasi yang baik akan dapat mengatasi semuanya itu.

3. Simplify Your Words
Banyak orang yang lupa (atau pura-pura lupa) menyederhanakan kosa kata yang digunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Tidak menyadari latar belakang gaya bahasa, istilah dan kebiasaan berbahasa orang yang diajak berkomunikasi. Bahasa kantor yang sangat teknis dan njlimet menghiasi percakapan mereka. Sekali pun orang yang diajak bicara telah mengernyitkan dahi ketika mendengarkan mereka, malah ada yang merasa bangga bahwa mereka telah menggunakan bahasa formal nan tinggi sehingga orang-orang mungkin saja menganggap mereka sebagai kaum intelektual.

4. Use Proper Words in Proper Place
Penggunaan kata-kata harus disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu berlangsung. Tidak semua kata dapat diterapkan di semua tempat. Kata-kata bermakna bahagia, penuh semangat, tidak mungkin dapat digunakan di tempat dimana orang sedang ditimpa kemalangan, misalnya. Ucapan/istilah dalam pergaulan sehari-hari tentu tidak dapat dipakai ketika memandu seorang narasumber dalam sebuah talk show formal, misalnya. So, tempat sangat mempengaruhi bagaimana kita harus memilih kata yang tepat.

5. Go Down to Earth When You Speak
Gunakan cara berbicara yang membumi dengan pilihan materi yang dapat dimengerti oleh orang-orang di sekitar kita. Pada dasarnya tidak ada gunanya kita berbicara dengan bahasa intelektual tinggi jika itu tidak dapat dimengerti oleh pendengarnya. Disamping itu kerangka berpikir sederhana namun sistematis harus dikedepankan sehingga setiap penjelasan kita akan mudah dipahami dan diikuti dengan mendalam.

6. Keep Your Message Simple and Short
Adalah lebih baik jika kita dapat meringkas apa yang ingin kita sampaikan dalam kalimat-kalimat singkat, padat, tepat dan memikat. Kalimat-kalimat yang terlalu panjang, bukan hanya melelahkan penuturnya, melainkan juga melelahkan pendengarnya. Yang jauh lebih penting disini, bukanlah panjangnya kalimat tetapi sejauh mana esensi percakapan itu dapat ditangkap oleh pendengar. Hal ini terutama harus dipraktekkan kepada ‘para bos’ yang tidak memiliki banyak waktu untuk mendengarkan sesuatu yang panjang dan complicated.

7. Focus on What You Talk About
Jika Anda dihadapkan pada pertanyaan atau pernyataan yang tidak menyangkut apa yang sedang Anda bicarakan atau tidak berhubungan langsung dengan anda, sebaiknya penilaian tidak diberikan. Disini, kita diajarkan untuk fokus terhadap apa yang tengah kita bicarakan. Jangan ngalor ngidul (kemana-mana, tidak karuan) dan kehilangan fokus sehingga pendengar atau komunikan menjadi bingung. Lebih baik selalu berpedoman kepada apa yang sedang Anda bahas.

8. Your Speech is Your Ads, So, Be Creative
Banyak orang tidak menyadari bahwa setiap komunikasi dilakukan dengan siapa saja, dimana saja, kapan saja, mereka sesungguhnya sedang ‘menjual diri’ mereka kepada orang yang sedang berhadapan dengan mereka. Baik buruknya image diri sangat ditentukan oleh apa yang keluar dari mulut mereka. Oleh karena itu susunlah kalimat-kalimat kreatif dengan cara memilih kata-kata positif, dinamis dan berkekuatan karena ‘inilah iklan’ diri kita.

9. Tell the Reasons Why You Speak about It
Ketika memulai sebuah presentasi/penyampaian gagasan, jangan lupa jelaskan alasan mengapa hal itu perlu disampaikan pada kesempatan tersebut. Melalui alasan yang Anda sampaikan, orang-orang akan memahami latar belakang tersebut dan selanjutnya akan dapat mengikuti penyampaian Anda dengan lebih efektif dan positif.

10. Speak without Any Borders
Bicaralah dengan bebas tanpa ada tekanan dan ketakutan. Jika ada hal yang membebani Anda, sebaiknya percakapan tidak dilakukan, sebab hanya akan memberikan hasil yang tidak maksimal yang pada batas tertentu ‘memalukan’ karena kehilangan inti pembicaraan berarti. Komunikasi yang dibatasi sedemikian rupa dalam hal topik dan tempat, akan menjadi sebuah hambatan dari komunikasi itu sendiri, dan merugikan semua pihak, komunikator dan komunikan. Bahkan bukan tidak mungkin hal ini justru akan menimbulkan kecurigaan, dugaan-dugaan negatif dan destruktif terhadap tujuan komunikasi itu sendiri. Jika hal ini terjadi, apa pun yang disampaikan dalam komunikasi itu, tidak akan membawa banyak arti atau pun manfaat.

11. Consider Community’s Values
Pertimbangkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat di mana kita sedang memberikan pembahasan terhadap suatu hal. Kesalahan dengan menerobos nilai-nilai ini secara negatif akan berdampak antipati terhadap diri kita.

12. Cancel the Complicated Matters
Persoalan rumit yang belum cukup matang kita pahami sebaiknya ditunda saja perbincangannya. Hal ini tidak akan mengurangi rasa hormat orang lain terhadap kita. Justru sebaliknya akan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk tidak membebani pikiran mereka dengan hal-hal rumit yang belum saatnya untuk dipahami secara sederhana.

13. Quote Others to Ease Your Speech
Kita tidak memiliki cukup waktu untuk mengalami sendiri semua peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi ini. Untuk itu, catatan sejarah tentang apa yang pernah terjadi dapat kita kutip. Kutipan ini tidak hanya mempermudah pembicaraan kita tetapi juga memperindahnya.

14. Don’t Butt In !
Setiap orang memiliki dua telinga dan satu mulut. Artinya, lebih banyaklah mendengar daripada ngomong. Justru dari mendengar kita belajar bukan dari berbicara.

15. Never Plan What to Say When Listening
Jangan melakukan self-mind chatting ketika mendengarkan orang lain sedang berbicara dengan kita. Berbicara dengan pikiran sendiri dan menyusun rencana selanjutnya untuk disampaikan akan mengganggu kelancaran komunikasi.

Thursday, March 1, 2007

Meningkatkan Sikap Kepatuhan PNS menjadi suatu Komitmen

Rendahnya Motivasi Menimbulkan Masalah
Di dalam organisasi tradisional, manajemen lah yang menentukan pekerjaan, tugas dan juga menetapkan bagaimana hal tersebut harus dilaksanakan. Di dalam organisasi atau perusahaan swasta, diantara manajemen dan karyawan terdapat kontrak tertulis atau tidak tertulis yang mengatakan ”Kamu lakukan seperti yang kami perintahkan dan imbalan bagimu adalah upah yang pantas.” Selama kedua belah pihak mematuhi kewajiban masing-masing maka pekerja akan selalu patuh pada perusahaan.

Pada organisasi pemerintah, kepatuhan yang dibeli dengan gaji, insentif maupun uang lembur menjadi kurang relevan. Berbeda dengan organisasi swasta, lemahnya sistem reward and punishment, apalagi sampai berujung pada pemecatan, menjadi kendala pemerintah untuk mendapatkan kepatuhan karyawannya. Melemahnya tingkat kepatuhan PNS menjadi problem organisasi pemerintah semenjak era reformasi yang diikuti dengan paradigma desentralisasi melalui pemberlakuan otonomi daerah. Indikasi melemahnya tingkat kepatuhan PNS antara lain adalah banyak PNS yang mulai tidak patuh pada atasannya, sering tidak masuk kerja dengan alasan yang macam-macam, mulai dari sakit, melayat ke rumah tetangga, menghadiri undangan perkawinan, atau sekedar keluar kantor untuk mencari makan atau belanja. Jika dia masuk kantor, itupun sekedar memenuhi absensi utamanya kewajiban apel pagi, dan setelah itu sibuk menghindari pekerjaan yang diberikan atasan dengan berbagai alasan.

Seperti diketahui, meskipun jumlah PNS cukup besar, SDM organisasi pemerintah secara kualitas dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Dengan menurunnya tingkat kepatuhan PNS, sangatlah wajar bila kinerja organisasi pemerintah menjadi menurun. Meningkatnya jumlah keluarga miskin, naiknya harga sembako, distribusi BBM yang terhambat, meluasnya endemi flu burung, demam berdarah sampai lambatnya penanganan bencana nasional, seperti: meluasnya lumpur Lapindo Brantas, penanganan korban banjir, korban gempa dapat dijadikan indikasi lemahnya kinerja pemerintah.


Pendekatan Komitmen Kerja PNS

Selama pemerintah bersikap tidak konsisten dalam penetapan kebijakan, utamanya dalam manajemen SDM, tidak ada solusi tepat bagi peningkatan kinerja PNS. Ketidakkonsistenan pemerintah itu dapat dilihat antara lain: pola perekrutan PNS belum berdasarkan pada analisis kebutuhan tetapi masih berpedoman pada jatah anggaran; belum ada kejelasan mengenai sistem reward and punishment PNS; Pengiriman Pengembangan SDM baik melalui pendidikan formal maupun diklat seringkali salah sasaran; pengangkatan jabatan PNS belum berpedoman pada kompetensi; struktur birokrasi pemerintah belum kearah ’miskin struktur kaya fungsi’; serta minimnya pemanfaatan teknologi dalam mendukung produktivitas kerja instansi pemerintah.

Dari uraian tersebut pasti akan timbul suatu pertanyaan : kalau begitu tidak ada solusi ? Kalau kita bicara sistem penyelenggaraan pemerintahan solusi itu akan datang tidak dalam waktu dekat. Tetapi kalau kita memiliki prinsip ”diujung goa yang gelap pasti ada jalan keluar”, sebagai pelaksana di lapangan kita dapat berusaha meningkatan pendekatan kita dalam memotivasi kinerja staf, dari pendekatan kepatuhan menuju kearah pendekatan komitmen kerja.

Michael Maccoby dalam bukunya “Why Work ?” menyatakan bahwa pada akhirnya semua orang harus bekerja, tidak hanya untuk mendapatkan imbalan kebutuhan pokok, tetapi karena ingin menerapkan kemampuan yang mereka miliki dan merasakan dirinya berharga bagi diri sendiri dan orang lain. Hal itu menimbulkan pertanyaan: Apa yang membuat orang merasa berharga? Maccoby mengidentifikasikan delapan ‘pemicu nilai’ di lingkungan kerja yaitu : jaminan (security), keterkaitan (relatedness), kesenangan (pleasure), informasi (information), penguasaan (mastery), bermain (play), martabat (dignity), dan mempunyai arti (meaning). Pekerjaan yang memberikan hal tersebut memotivasi orang untuk memberikan kinerja terbaik dan komitmen kepada organisasi.

Dari pendekatan yang dikemukakan Maccoby kita dapat memperbaiki lingkungan kerja organisasi pemerintah sebagai berikut :
1. Jaminan ((security)
Dalam organisasi swasta jaminan lebih dimaksudkan sebagai jaminan untuk tidak dipecat dari perusahaan. Dengan adanya jaminan tersebut karyawan akan bekerja dengan lebih tenang, lebih produktif dan lebih berani melakukan inovasi yang kreatif terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Khusus untuk organisasi pemerintah, jaminan yang diinginkan staf adalah jaminan bahwa segala produk, baik yang berbentuk dokumen atau kebijakan, yang dikeluarkan organisasi menjadi tanggung jawab pejabat tertinggi. Sebagai contoh dokumen yang dikeluarkan unit kerja terkecil adalah tanggung jawab pejabat eselon IV, demikian pula dokumen yang dikeluarkan oleh bidang atau sub dinas menjadi tanggung jawab pejabat eselon III yang bersangkutan dan seterusnya. Hal ini penting saat terjadi kesalahan pada data atau informasi yang dikeluarkan, jangan sampai itu dilimpahkan pada staf karena pejabat dalam hal ini berfunsi untuk memeriksa atau mengoreksi dokumen yang dikeluarkan. Sehingga tidak ada alasan bagi pejabat tidak sempat memeriksa karena terlalu sibuk misalnya. Jika sampai terjadi staf dijadikan kambing hitam dalam suatu kasus kesalahan, bukan hanya staf bersangkutan yang mengalami penurunan motivasi, tetapi staf lain juga akan bersikap hati-hati. Akibatnya staf hanya akan bekerja setelah mendapat instruksi langsung dari atasan dan tidak ada inisiatif untuk mengerjakan di luar instruksi. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi kemajuan organisasi.

2. Keterkaitan (relatedness)
Bagi banyak orang, hubungan dengan rekan kerja adalah alas an yang membuat pergi bekerja itu lebih menarik daripada hanya berbagi meja kerja. Bukankah sangat mengasyikkan jika kita berangkat kerja dengan tujuan untuk menemui seorang sahabat, meski itu adalah seorang rekan kerja ? Hubungan emosional itu mengubah tempat kerja menjadi ruang yang bersahabat, mendukung dan menegaskan diri, tempat dimana orang bersedia bersusah payah untuk saling membantu karena mereka merasa dibantu oleh rekan dalam pekerjaan. Jika Anda, sebagai manajer atau pejabat, melihat orang mengobrol saat bekerja anggaplah itu sebagai membangun hubungan dan jangan dianggap sedang bermalas-malasan. Waktu yang mereka ‘boroskan’ untuk saling mengenal dan mempercayai dapat mengarah ke kerjasama yang produktif dalam menyelesaikan proyek dan tugas.

Tetapi jika Anda memandang bahwa waktu mengobrol itu sudah terlalu lama, Donna Deprose punya kiat yang dapat dicoba. Bergabunglah sebentar secara bersahabat tanpa menunjukkan ketidaksetujuan Anda. Jika Anda pergi, kemungkinan besar kelompok itu akan bubar. Disamping itu untuk meningkatkan keterkaitan, sekali waktu ajak kelompok itu makan siang tetapi jangan membicarakan topik pekerjaan. Kalau perlu, sekali-kali sediakan makan pagi atau siang di unit kerja Anda. Meskipun sedikit boros tetapi hal itu akan meningkatkan keterikatan antar karyawan, bahkan sampai karyawan tersebut pindah ke unit kerja lain.

3. Kesenangan (pleasure)
Kondisi kerja yang baik dan menyenangkan akan dapat membangkitkan gairah kerja pegawai. Oleh karena itu sangat perlu diciptakan agar pelaksanaan tugas dapat berhasil baik. Kondisi kerja menyangkut tidak saja kondisi fisik, seperti tempat kerja yang bersih, sehat, tetapi juga menyangkut hubungan antar pegawai di tempat kerja tersebut. Yang perlu diperhatikan lagi adalah hubungan baik antara staf dengan pimpinan. Pimpinan yang baik harus memberi contoh dan mengawali hubungan baik dengan staf.

David Sirota, pimpinan Sirota Survey Intelligence, sebuah lembaga riset di New York memberi panduan lewat buku yang dia tulis bersama dua rekannya, berjudul The Enthusiastic Employee: How Companies Profit by Giving Workers What They Want. Apakah Anda termasuk bos yang baik, atau buruk? Masalahnya adalah, pada sebagian besar organisasi, semangat karyawan baru begitu tinggi, tapi kira-kira 6 bulan kemudian menurun secara tajam. Manajemen telah merusaknya. Yang dilakukan oleh bos yang buruk adalah membuat karyawan merasa tidak aman dengan pekerjaannya. Juga, memperlakukan karyawan layaknya anak kecil atau pelaku kriminal daripada orang dewasa yang bisa bertanggung jawab. Tanda lain dari bos yang buruk adalah apabila karyawannya mengeluh, “Jika kami melakukan kesalahan, kami dimarahi tapi kalau kerjaan beres tidak ada ada ucapan terima kasih.”

Tapi, mungkin Anda bertanya, mengapa perusahaan harus peduli apakah karyawannya (masih) bersemangat atau tidak –yang penting kan pekerjaan mereka selesai? Menurut Sirota, banyak bukti persuasif mengenai hubungan langsung antara moral (semangat) karyawan dengan kinerja secara keseluruhan dari perusahaan, termasuk harga sahamnya di pasar. Karyawan yang bersemangat akan memperlakukan customer dengan baik, dan itu akan sangat berbeda dengan karyawan yang sudah tidak bersemangat.

4. Informasi (information)
Untuk dapat meningkatkan motivasi, bagilah informasi pada staf. Kadang-kadang saya masih mendengar kalimat “informasi ini adalah konsumsi pimpinan, bukan konsumsi staf.” Dan jika Anda sedikit sekali membagi informasi pada staf, apalagi informasi yang penting bagi kemajuan unit kerja maka itulah yang akan Anda dapat dari staf. Mereka akan acuh tak acuh dengan kondisi unit kerja. Mereka pasti akan bekerja secara normatif saja dalam arti hanya sekedar mengikuti instruksi pimpinan saja. Tidak akan ada inisisatif pekerjaan dari staf. Disamping itu dengan menyembunyikan informasi, secara tidak sadar Anda telah ”menyakiti hati ” staf. Mereka akan merasa tidak dipercaya oleh atasan untuk menyimpan rahasia sebuah informasi. Efek negatif lainnya adalah terjadi gap antara karyawan yang Anda beri informasi dan yang tidak, sehingga pasti muncul istilah ’tangan kanan’ bos. Tentu saja hal ini akan mengganggu suasan kerja dan kinerja organisasi secara keseluruhan.

5. Penguasaan (mastery)
Menurut Donna Deeprose merasa kompeten menambah kenikmatan dari suatu aktivitas. Hal yang perlu dibenahi dalam lingkungan kerja PNS adalah penguasaan komputer. Dalam era teknologi pengusaan komputer untuk kegiatan perkantoran menjadi mutlak dilakukan. Hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa ada suatu ketidaknyamanan tersendiri bagi PNS yang tidak menguasai komputer. Bagaimana tidak, setiap kali mereka diperintahkan untuk membuat surat dinas, mau tidak mau mereka pasti minta bantuan pada operator komputer. Bahkan untuk satu lembar surat dinas pun mereka pasti akan minta bantuan. Kondisi ini jelas menimbulkan ketidaknyamanan, apalagi kalau sang operator sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Herannya lagi banyak PNS yang pesimis atau tidak mau belajar mengoperasikan komputer. Ketidakmampuan mengoperasikan komputer, disamping akan menurunkan motivasi bekerja PNS yang bersangkutan, juga akan menurunkan motivasi bekerja sang operator karena dia akan merasa terbebani dengan banyak sekali pekerjaan sementara rekan lainnya bisa bersantai-santai. Padahal sebenarnya tidak ada orang yang merasa nyaman bersantai disaat sedang bekerja. Tapi mau bagaimana lagi, mau membantu tidak bisa.

6.Bermain (play)
Pada prinsipnya kita berusaha menjadikan tempat yang menyenangkan bagi PNS. Selama ini tempat kerja PNS selalu identik dengan suasana yang formil, kaku, seragam, suram dan penuh dengan kedisiplinan. Tentu saja hal itu akan menimbulkan kesan membosankan bagi PNS yang sedang bekerja. Akibatnya ada keengganan tersendiri setiap kali hendak berangkat kantor. Stephen C. Lundin dkk. Dalam bukunya ”Fish Tales” menyarankan untuk mendesain tempat kerja sedemikian rupa sehingga menimbulkan suasana ceria, funny dan menyenangkan. Music, video, televisi, dekorasi yang menarik atau pakaian yang tidak formil diyakini dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dan itu akan meningkatkan motivasi dalam bekerja. Dengan begitu kesan berangkat kantor untuk menuju tempat yang penuh tekanan akan digantikan dengan suatu yang nyaman seperti layaknya hendak pergi ke tempat wisata atau berbelanja.

Pertanyaannya siapkah organisasi pemerintah meninggalkan ’kewibawaannya’ demi lebih meningkatkan kinerja ? Saya kira harus, dengan alasan masyarakat tidak pernah mau membeli kewibawaan pemerintah ! Mereka hanya menginginkan pelayanan prima dari aparat pemerintah. Dengan prinsip aparat pemerintah sebagai abdi masyarakat maka suasana yang lebih ceria akan menyebabkan masyarakat ’tidak takut’ mengurus sesuatu di instansi pemerintah. Penerapan penggunaan pakaian nasional pada hari-hari tertentu sedikit banyak menimbulkan suasana kerja yang lebih ceria dan menyenangkan bagi PNS.

7. Martabat (dignity)
Menurut John R. Brinkerhoff dalam ”101 Dalil untuk bekerja di Kantor” pada dasarnya ada 2 macam orang di dalam organisasi: orang-orang menyusun surat-surat yang tidak mereka tanda tangani, dan orang-orang yang tidak membuatnya tetapi menandatanganinya. Anda dapat memperkirakan boss berada pada golongan yang mana. Konsekuensinya adalah bahwa orang-orang yang menandatangani surat-surat cenderung dianggap sebagai penyusunnya. Mangkanya di-uraian sebelumnya saya tekankan untuk melindungi staf jika terjadi kesalahan informasi yang dimuat dalam naskah dinas setelah ditandatangani.

Meskipun demikian sebagai atasan dari seorang staf yang menyusun konsep naskah dinas, tidak ada salahnya kita memberikan pujian bagi staf. Hal itu penting mengingat staf juga bekerja sangat keras untuk dapat menyusun konsep naskah dinas dengan sebaik-baiknya. Oke memang itu atas petunjuk dari Anda dan telah diperiksa oleh bos, tapi tetap tidak ada salahnya jika kita memuji hasil kerja staf. Apalagi jika konsep naskah yang dia buat cukup bagus dan memudahkan Anda untuk mengkoreksinya. Dengan memuji staf, diharapkan akan timbul suatu kebanggaan bagi staf. Morilnya akan terdorong naik dan dia akan merasa bahwa konsep naskah dinas yang telah disusunnya, dimata pimpinan cukup baik. Dengan demikian dia akan termotivasi untuk menyusun naskah dinas dengan lebih baik. Koreksi-koreksi kecil dari pimpinan akan membuat staf mengetahui kelemahan dalam konsep naskah dinasnya, sehingga koreksi tersebut dapat dijadikan pedoman bagi perbaikan konsep naskah dinas yang akan disusunnya.

8.Mempunyai arti (meaning)
Setiap karyawan perlu diberi pengertian mengenai kontribusi pekerjaan yang mereka lakukan terhadap kinerja unit kerja. Beri gambaran suatu kondisi yang tidak enak jika pekerjaan itu tidak mereka laksanakan dengan baik. Bahkan pekerjaan yang paling sepele pun patut dikerjakan dengan baik. Sebagai contoh, cobalah beri gambaran pada staf jika formulir tidak mereka isi dengan lengkap, jika kamar mandi kantor kurang bersih apa akibatnya, surat undangan tidak dikirimkan seluruhnya apa efeknya terhadap pelaksanaan suatu kegiatan, juga jika resepsionis tidak menerima tamu dengan baik maka berapa banyak rekanan yang tidak mau lagi berhubungan dengan unit kerja Anda. Dengan menjelaskan situasi buruk tersebut, staf pasti akan merasa bahwa usaha mereka berkontribusi positif pada organisasi. Akibatnya motivasi bekerja mereka akan meningkat.

Kedelapan uraian tersebut merupakan hasil pemikiran saya terhadap pendapat Michael Maccoby tentang bagaimana meningkatkan motivasi kerja pegawai. Walaupun saya belum membaca bukunya secara langsung, tetapi sudah saya usahakan untuk menguraikan dengan menyesuaikan dengan kondisi kerja PNS di Indonesia. Belum terlalu memuaskan memang...tapi itulah gunanya blog. Disini kita dapat minta masukan dari para blogger mania...begitu ?! Mangkanya kirim komentar atau masukan atau kirim referensi lain bagi tulisan saya ini....biar konsepnya lebih sempurna tentunya.

Tuesday, February 20, 2007

Manfaat Ngeblog Bagi PNS

Manfaat Ngeblog Bagi PNS

Awalnya saya termasuk orang yang ragu-ragu untuk memulai ngeblog. Buat apa ?! Sampai ’the junior’ memberikan saran and inspirasi sekaligus ngajari cara membuat blog. Bagi dia ngeblog merupakan sarana untuk belajar teknologi informasi sesuai keahliannya itu. Yang ini aku kurang setuju sama dia karena kayaknya manfaat ngeblog bisa lebih dari itu. Apalagi setelah baca artikelnya Mas Budi Putra yang pada prinsipnya minta agar ngeblog dengan cinta…

Setelah memulai ngeblog dengan cinta aku jadi ketagihan. Ternyata memang benar ada ”kebahagiaan dengan memberi...’ Kemudian mulai kuajak temen-temenku buat mulai ngeblog...tapi kayaknya susah. ”Buat apa ?” kata mereka. Malah ada yang ngomong ”eh...kamu masih sempat maen-maen ya ?” Rodo nggonduk juga....but aku gak menyerah...jadi mulai kuidentifikasi alasan-alasan kita untuk ngeblog....buat teman-temanku yang PNS tentunya.......tapi untuk yang bukan kayaknya ada juga yang cocok.......
  1. Belajar Teknologi Informasi. Kalau yang ini aku setuju deh dengan ’the junior’. Yah sudah jaman komputer dan virus masa kita masih sibuk dengan pulpen dan kertas...Basi tau...Era perkantoran modern yang ”paperless” and ”smart work” jangan hanya jadi slogan saja...kasunyatane masih ”paperfull”and ”hard work” Koyo Pak Tani wae...........
  2. Belajar Menerima Kritik. Katanya demokratis....tapi setiap kali salah and menerima kritik...sebagian besar PNS masih mrengut....gak suka...malah musuhi (or misuhi ?). Naa.... dengan membuat blog kita belajar siap dikritik kalau tulisannya jelek atau basi.......Gak boleh gampang marah....Kritik khan merupakan jamu pahit yang bikin kita tambah better....(bukan malah bete man...)
  3. Belajar Menulis. Tugas-tugas kantor khan kebanyakan berhubungan dengan tulis menulis. Bikin surat dinas kek, nota dinas, proposal kegiatan, TOR, KAK, Laporan...dsb Dengan rajin nulis di blog...saya yakin deh kualitas tulisan di kerjaan akan meningkat....
  4. Memacu Sikap Belajar. ’Learning organization’ menjadi paradigma yang mengemuka di organisasi-organisasi milik pemerintah, dan salah satu syarat mencapai itu khan individu-individu yang ada di dalamnya aktif belajar. Dengan rajin menulis di blog berarti kita sudah belajar...cause sebelum nulis khan pasti rajin nyari bahan-bahan...
  5. Belajar Percaya Diri. Budaya kerja di instansi pemerintah cenderung ’paternalistik’ dan ’feodal’ Itu menyebabkan sebagian besar PNS menjadi kurang percaya diri karena tekanan dari atasan yang begitu besar (’pa lagi kalau atasannya ’o’on...) Dengan ngeblog kita berusaha menampilkan diri pada dunia. Menampilkan segala apa yang kita miliki, termasuk potensi yang tak dapat tersalur di kantor...Disamping itu kalau tulisan kita berkualitas....semakin berkualitas...... dan tiba-tiba saja kita jadi seseorang yang ahli....dipanggil sana atau sini di lembaga-lembaga pemerintah lain, buat ngisi seminar atau sekedar narasumber....Kalau sudah begitu khan asyiiikk........Pa lagi kalau sekali-kali tulisannya pake Bahasa Inggris.........(waduh.......)
  6. Mengurangi Stress. Sudah bukan rahasia lagi kalau kondisi instansi pemerintah kurang kondusif. Terlalu kaku, birokratis, hierarkhis, kurang menghargai kreativitas, inovasi..... Dikit-dikit nggak boleh....dikit-dikit melanggar kode etik (padahal kalau baca modul-modul pelatihan PNS cukup diberi kebebasan koq....) Pokoke bikin gak puas dan lama-lama bikin stress dah......... Mangkanya tulislah sesuatu, sesukamu, gak usah ada aturan-aturan hipokrit, lepaskan bebanmu...............
Itu sebagian yang kutemukan. Ada lagi .......?!





Thursday, February 15, 2007

Kesalahan Yang Seringkali Dilakukan Pegawai


Kesalahan Yang Sering Dilakukan Oleh Pegawai
dalam Kegiatan Perkantoran


Mengajar atau lebih tepatnya memfasilitasi proses belajar mengajar dalam kegiatan diklat selalu merupakan pengalaman yang mengasyikkan. Selalu mengasyikkan karena seperti juga saya menuangkan segala sesuatu di blogosfer ini, saya selalu berusaha menjadikannya sebagai tempat sharing dalam arti saya juga pengen dapat menggali pengalaman dan pengetahuan peserta dari materi yang saya sajikan. Dan itu akan berguna untuk memperkaya mutu sajian saya di masa mendatang.

Hari senin kemaren, 12 Pebruari 2007, merupakan saat pertama saya memulai tugas mengajar di Tahun 2007 ini. Kebetulan hari itu saya mengajar materi Manajemen Perkantoran Modern pada anak-anak Prajabatan Golongan I/II Tahun 2007 Angkatan I, yang sebagian besar merupakan CPNS Provinsi dengan instansi asal sebagian besar dari rumah sakit. Bagi saya mengajar bukanlah sekedar meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka terhadap materi, akan tetapi tujuan saya adalah merubah sikap dan pola pikir untuk selalu belajar memperbaiki segala sesuatu, utamanya memperbaiki motivasi bekerja.

Model pembelajaran kontekstual mulai saya terapkan dalam proses belajar mengajar, dengan menitikberatkan pengamatan peserta terhadap kesalahan yang dilakukan PNS dalam kegiatan perkantoran, mulai dari korespondensi, manajemen kearsipan, penyusunan pelaporan dan komputerisasi perkantoran. Ada beberapa materi diskusi yang saya berikan guna memperkaya pemahaman mereka terhadap materi.

  1. a. Apa yang harus anda lakukan saat menerima surat masuk ? (tatacara mengawal surat masuk) b. Menurut pengamatan Saudara, kesalahan apa yang seringkali dilakukan PNS saat mengawal surat masuk ?
  2. a. Apa yang harus anda lakukan saat hendak mengirimkan surat ? (tatacara mengawal surat keluar) b. Menurut pengamatan Saudara, kesalahan apa yang seringkali dilakukan PNS saat mengawal surat keluar ?
  3. a. Apa yang harus anda lakukan agar arsip mudah ditemukan ? b. Menurut pengamatan Saudara, kesalahan apa yang seringkali dilakukan PNS saat melakukan kegiatan pengarsipan sehingga menyebabkan arsip susah ditemukan ?
  4. a. Apa yang harus anda lakukan saat melakukan penyusutan arsip ? b. Menurut pengamatan Saudara, kesalahan apa yang seringkali dilakukan PNS saat melakukan penyusutan arsip sehingga menyebabkan kondisi “banjir arsip” atau hilangnya arsip yang masih dibutuhkan ?
  5. a. Apa yang harus anda lakukan saat hendak menyusun surat dinas ? b. Menurut pengamatan Saudara, kesalahan apa yang seringkali dilakukan PNS saat menyusun surat dinas ?
  6. a. Apa manfaat teknologi informasi dalam kegiatan perkantoran ? b. Menurut pengamatan Saudara, kesulitan apa yang seringkali terjadi dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam kegiatan perkantoran di unit kerja Saudara ?
  7. a. Apa yang harus anda lakukan saat menyusun Laporan ? b. Menurut pengamatan Saudara, kesalahan apa yang seringkali dilakukan PNS saat menyusun laporan ?
Kesalahan PNS Dalam kegiatan Perkantoran

Ada beberapa hal menarik yang dikemukaan peserta sehubungan dengan pengamatan mereka terhadap kesalahan PNS dalam kegiatan perkantoran.
  1. Mengawal Surat Masuk, Hal-hal yang sering lalai dilakukan oleh PNS saat mengawal surat masuk antara lain adalah tidak adanya bukti serah terima surat sehingga surat seringkali terlambat pendistribusian atau malah hilang sama sekali.
  2. Mengawal Surat Keluar, Menurut peserta tembusan surat jarang dikirimkan. Hal lain adalah tanda terima surat yang sering lupa dimintakan. Peserta juga menekankan perlunya memiliki arsip surat yang belum distempel basah guna mengantisipasi jika ada instansi susulan yang perlu dikirimi surat.
  3. Penemuan Arsip (Retrieval), Arsip dari instansi pemerintah memang sering hilang. Hal ini disebabkan adanya peminjaman surat dari pengarsip yang tidak dicatat sehingga apabila surat tersebut lupa dikembalikan, sulit untuk melacaknya.
  4. Penyusutan Arsip (Jadwal Retensi Arsip), Kondisi banjir arsip akibat penyusutan arsip yang terlambat menjadi kesalahan instansi pemerintah pada umumnya.
  5. Menyusun Surat Dinas, Kesalahan yang sering terjadi dalam penyusunan surat dinas terutama adalah kesalahan penulisan. Dikemukakan juga agar ada standar baku dalam penulisan surat dinas mengingat sebagian besar surat dinas masih mengikuti bahasa ”selera” pimpinan. Penentuan tembusan kepada siapa saja juga menjadi diskusi menarik pada forum ini.
  6. Komputerisasi Perkantoran, Komputer yang masih kurang menjadi kendala utama dalam usaha penerapan komputerisasi perkantoran. Disamping itu komputer kantor yang terbatas itu umumnya juga masih ’dikuasai’ orang-orang tertentu sehingga menyulitkan bagi PNS yang belum bisa dan pengen belajar komputer.
  7. Penyusunan Laporan, Data yang kurang valid, analisis yang kurang tajam serta daftar pustaka yang terbatas menjadi kelemahan utama penyusunan laporan milik instansi pemerintah.
Demikian dan semoga dapat dijadikan patokan bagi para pimpinan dalam upaya memperbaiki pelaksanaan manajemen perkantoran di unit kerjanya.



 

Tuesday, February 13, 2007

Internet Sebagai Sebuah Perpustakaan Besar

Mengoptimalkan Internet Sebagai Sumber Informasi

Hasil survey kompas menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan kuantitas judul buku yang diterbitkan di Indonesia sejak tahun 2004. Hal ini dipicu oleh adanya kenaikan harga BBM yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat terhadap konsumsi buku sehingga sesuai dengan hukum pasar maka penurunan permintaan masyarakat akan produk buku menyebabkan banyak penerbit yang menseleksi dengan ketat, menunda atau membatalkan sama sekali, judul-judul buku yang akan diterbitkan.
Efek lebih besar dari penurunan judul buku tersebut terutama adalah terputusnya komunikasi antara para penulis dengan masyarakat sehingga gagasan-gagasan yang sangat bermanfaat dari penulis buku, sebagai seorang pemikir, tidak dapat tersampaikan. Akibatnya secara tidak sadar terjadi penurunan kualitas kehidupan pada masyarakat karena terhambatnya informasi yang harus diterima. Memang benar masih ada koran, majalah atau televisi sebagai sumber informasi. Akan tetapi masyarakat tetap membutuhkan sumber informasi yang bersifat detil atau terperinci dan itu hanya didapatkan dari buku-buku yang bermutu.
Di kalangan aparat pemerintah, turunnya jumlah judul buku yang diterbitkan, menyebabkan terjadi kesenjangan informasi antara PNS yang berada di pusat, yang notabene lebih dekat dengan sumber informasi, dengan para PNS yang berada di daerah. Di tingkat kabupaten/kota kesenjangan itu semakin nyata mengingat banyak toko-toko buku yang ada di kabupaten/kota tutup semenjak terjadinya krisis moneter pada akhir 1997. Akibat sulitnya mencari sumber informasi, PNS yang ada di daerah cenderung memiliki kompetensi yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan PNS yang ada di pusat.
Dari latar belakang tersebut maka PNS yang ada di daerah perlu mencari sumber informasi alternatif guna menutupi kesenjangan kompetensi, yaitu melalui suatu ’perpustakaan besar’ yang disebut internet.
Internet Sebagai Alternatif
Internet sebagai alternatif sumber informasi telah lama dikenal di Indonesia. Keunggulan internet sebagai sumber informasi, antara lain adalah : akses informasi yang relatif cepat baik dari segi waktu penerimaan maupun updating data; biaya yang relatif murah; informasi bersifat global dalam arti berasal dari seluruh dunia; serta bersifat interkatif dan fleksibel, utamanya melalui fasilitas email, chatting, mailling list atau melalui ruang komentar yang biasa disediakan oleh weblog.
Salah satu kendala dalam mencari informasi di internet adalah informasi yang begitu besar, namun tidak semuanya dibutuhkan (Tjiptono dan Santoso, 2000). Pencarian tanpa strategi khusus, bisa diibaratkan mencari dalam tumpukan jerami, akan menyebabkan salah mendapatkan informasi dan menyebabkan frustasi. Hal ini disebabkan oleh begitu banyak informasi sehingga terjadi pencarian yang tak tentu arah. Bukannya mendapat informasi yang tepat dan detil, tetapi malah menghabiskan waktu dan uang hanya untuk mencari sumber informasi.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan instansi pemerintah untuk mengoptimalkan sumber informasi di internet, yaitu : memanfaatkan situs-situs milik pemerintah, memanfaatkan situs-situs pendidikan, dan mencari topik-topik khusus dengan memanfaatkan ”search engine.” Situs-situs pemerintah atau dikenal sebagai e-government dapat dijadikan sumber informasi, utamanya dalam mencari peraturan-peraturan pemerintah terbaru. Disamping itu suatu situs milik pemerintah biasanya juga memuat akses atau link ke instansi-instansi pemerintah lain baik dalam maupun luar negeri. Situs milik pemerintah biasanya dikenali dari DNS (domain name system) ”go” atau ”gov” Sebagai contoh adalah www.jawatengah.go.id (situs milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah), www.depkominfo.go.id (situs milik Departemen Komunikasi dan Informasi RI, Jakarta yang memuat situs-situs milik seluruh Departemen Pemerintah), dan www.bandiklatjatim.go.id.
Cara kedua adalah melalui situs-situs pendidikan, baik yang dimiliki oleh universitas maupun yang dikelola suatu organisasi. Pada situs ini informasi yang dapat diambil berupa artikel-artikel ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah maupun opini-opini dari para dosen dan tenaga pengajar tentang topik-topik aktual. Situs ini mudah dikenali dari DNS ”ac” atau ”edu” untuk situs pendidikan dan ”org” untuk suatu organisasi. Sebagai contoh adalah www.ipb.ac.id, www.brawijaya.ac.id, http://dikti.org (situs milik dirjen pendidikan tinggi yang memuat situs milik perguruan tinggi di indonesia).

Cara yang paling mudah sekaligus praktis adalah langsung mencari topik-topik yang kita inginkan melalui search engine, semisal www.yahoo.com, www.google.com, www.msn.com. Disamping itu jika pencarian pada search engine diatas kurang memuaskan atau kurang detil, kita dapat mencari pada komunitas weblog. Komunitas weblog merupakan kumpulan situs-situs pribadi yang dikelola oleh blogware atau penyedia layanan hostong blog gratis, antara lain adalah : www.blogdrive.com, www.blogsome.com, www.wordpress.com, www.multiply.com. Tulisan-tulisan yang ada di komunitas blog biasanya bersifat non komersiil, karena ditulis oleh pribadi-pribadi yang independent, sehingga uraian terhadap suatu topik biasanya lebih mendetail dan terbuka.

Optimasi Pencarian Informasi melalui Search Engine
Pencarian informasi melalui search engine sangat tergantung pada cara atau strategi melakukan pencarian. Bila pencarian dilakukan dengan cerdik hasil yang didapat akan lebih optimal. Sebaliknya, bila pencarian dilakukan tanpa arah, maka hasilnya pun berupa ’never ending search’ karena jumlah dokumen yang tersedia di WWW (World Wide Web) mencapai milyaran. Selain itu informasi dalam WWW tidak di-indeks seperti katalog perpustakaan yang telah diurutkan berdasarkan nomor buku, judul buku, atau indeks nama pengarang.

Menurut Tjiptono dan Santoso (2000), ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan guna mengoptimalkan pencarian informasi melalui search engine:
  1. Menentukan kata kunci (key words) dan kata-kata lain yang terkait (related words). Sebagai contoh apabila kita ingin mencari data pertanian, maka kita dapat memasukkan kata kunci semisal : agribisnis, usaha tani, petani, agriculture dan seterusnya.
  2. Pada standar search screen gunakan frase tertentu, antara lain: a. Pakai tanda petik ganda untuk menyoroti frase kata yang dicari. Contohnya: ”usaha tani” hasil pencariannya akan berbeda jika anda menuliskan: usaha tani; b. Melakukan kombinasi frase kata dengan kata biasa. Contohnya: ”usaha tani”jagung; c. Mempergunakan ’wild cards’ (tanda asterik atau *). Contohnya : Tani* untuk kata pertanian, petani, bertani
  3. Memanfaatkan advance search, dengan memakai ‘boolean logic’ seperti AND, OR, NOT, AND NOT dan NEAR. Tipe operator boolean, beserta contoh cara pemakaian dan deskripsinya diuraikan dalam table berikut:
  • AND Contoh: sawah AND petani, Berarti mencari kalimat yang ada kata sawah dan petani
  • ”..... +.....” Contoh : sawah +petani, Berarti mencari kalimat yang ada kata sawah dan petani
  • AND NOT Contoh: sawah AND NOT petani, Berarti mencari kalimat yang ada kata sawah tetapi tidak ada kata petani
  • ”.......... -.......” Contoh : sawah –petani, Berarti mencari kalimat yang ada kata sawah tetapi tidak ada kata petani
  • OR Contoh: sawah OR petani, Berarti mencari kalimat yang ada kata sawah atau ada kata petani
  • ”.............” Contoh: ”Kelompok Tani”, Berarti mencari kalimat yang ada kata kelompok tani-nya
  • (.......) Contoh: sawah AND (sungai OR petani), Berarti mencari kalimat yang ada kata sawah dan sungai atau mencari kata sawah dan petani
  • NEAR Contoh: sawah NEAR petani, Berarti kalimat sawah atau petani harus ada dalam dokumen , dan dalam kalimat atau paragraf yang sama
4. Penggunaan kata Berbahasa Indonesia dapat juga dijadikan faktor pembatas dalam suatu pencarian, mengingat situs-situs penyedia layanan informasi dengan basic Bahasa Indonesia masih relatif sedikit.
5. Untuk pencarian gambar atau image, pemilihan ukuran gambar juga dapat dijadikan batasan bagi jumlah pencarian.

Kelemahan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Informasi

Pemanfaatan internet sebagai sumber informasi,sampai saat ini masih terus diperdebatkan utamanya dalam masalah reliabilitas dan validitas sumber acuan. Hal itu mudah dimengerti mengingat setiap orang bebas membuka hompage, terlebih lagi dalam komunitas weblog, serta bebas mengutarakan pendapat menjadi berbagai informasi. Implikasinya, tidak semua data dan informasi yang didapatkan lewat internet andal dan valid. Oleh karena itu pengguna informasi sebaiknya melakukan cross chek terhadap suatu informasi dengan cara membandingkan informasi sejenis yang disajikan situs lain. Cara lain adalah dengan meneliti kapabilitas penulis topik, misalnya melalui tulisan-tulisan sebelumnya atau tulisan yang pernah dimuat di media cetak. Cara paling aman adalah mencari informasi dari situs-situs yang kredibilitasnya tinggi, semisal situs-situs milik pemerintah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sifat informasi di internet yang mudah hilang, akibat dihapus oleh web administratornya atau homepage tidak aktif lagi (Tung, 2000). Oleh karena itu mengcopy atau download terhadap informasi perlu dilakukan guna mengantisipasi jika sumber informasi di internet sudah tidak ditemukan lagi.


Sumber Referensi
Fandy Tjiptono dan Totok Budi Santoso. 2000. Strategi Riset Lewat Internet.
Khao Yao Tung. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Dinastindo, Jakarta
Berbagai artikel karya Budi Putra di WWW.TheGadgetnet.com
WWW.Kompas.com